Jawaban Peran Astronomi Mempersatukan Ummat (Bagian 2)
Setelah tiga pertanyaan sebelumnya diskusi
Prof. Thomas Djamaluddin dengan Haidir Fitra Siagian berlanjut dengan enam
pertanyaan baru. Kami muat lanjutan tanya jawab tersebut dengan sedikit
penyesuaian.
Tanya (1): Dari jawaban Prof untuk pertanyaan (1) dan (2), saya
memahami, sepertinya, bertentang dengan beberapa komentar-komentar Prof
sebelumnya, terutama yang saya baca dari status Prof mahupun komentar Prof
dalam menjawab pertanyaan yang diajukan pada status tersebut. Satu diantaranya
adalah Prof mengatakan hanya astronom yang boleh mengetahui masalah penentuan
awal bulan. Yang bukan astronom jangan ikut-ikut membahas ini. Sedangkan dalam
hal ini Prof juga telah mengatakan bahawah ilmu falak perlu. Saya ingin
mengutip istilah Prof sendiri, tampaknya Prof terlalu superior dengan
mengandalan ilmu astonomi dan memandang rendah ilmu falak yang dimiliki oleh
pihak yang tidak sesuai dengan harapan Prof.
Jawab: Menganggap superior astronomi dan merendahkah falak?
Tergantung konteksnya. Ketika kita beicara soal kriteria, itu ranahnya
astronomi. Ahli falak yang selama ini hanya berhisab tentang posisi bulan dana
matahari (kadang dengan mudah sekadar menyimpulkan posisi bulan sudah di atas
ufuk) harus juga memahami konsep astronomi yang benar. Ilmu hisab sering
mengabaikan kriteria astronomis, terpaku dengan kriteria yang seolah defalut
dengan ilmu hisab, misalnya strik dengan wujudul hilal yang secara atsronomis
keliru.
Tanya (2): Prof mengakui bahwa amal itu tergantung keyakinan
masing-masing. Jika satu pihak merasa apa yang dia lakukan dalam beribadah itu
adalah sah sesuai keyakinannya, tidak mengganggu orang lain, tidak salah-salah
amat, mereka juga mendasarkan kepada pemikiran sesuai dengan ajaran Islam,
maaf, mengapa Prof agak sewot mengkritisnya, hingga menghina mereka dengan
kata-kata yang oleh mereka dianggap kurang bijaksana? Serahkan urusan kepada
ahlinya. Nah, apakah seorang astronom juga mengurusi masalah keyakinan orang
lain dalam beribadah?
Jawab: Apakah astronom mengurusi keyakinan orang lain? Untuk
ibadah pribadi tidak akan mengurusi. Tetapi ketika keyakinan itu mengganggu
kenyamanan beribadah masayarakt umum dan astronomi bisa digunakan untuk menuju
titik temu, astronom Muslim terpanggil untuk beramar-ma’ruf nahi munkar, bahwa
keyakinan WH itu keliru.
Tanya (3): Ketika diumumkan kepada publik….. apakah Prof. ingin
menyarankan kepada pihak-pihak yang berbeda dengan kelompoknya Prof. bila ada
perbedaan, mereka sebaiknya mengumumkannya dari bibir ke bibir supaya orang
lain tidak tahu? Apakah khabar baik menurut satu pihak harus
disembunyi-sembunyikan supaya tidak mengganggu pihak-pihak yang tidak setuju?
Jawab: Kalau bersifat internal organisasi keputusan organisasi
yang berpotensi menimbulkan kebingungan masyarakat mestinya dikomunikasikan
internal saja. Dalam beberapa kesempakatan pertemuan di Kementerian Agama,
pihak Kementerian Agama dan ormas-ormas Islam meminta semua pihak tidak
mengumumkan keputusannya ke publik sebelum sidang itsbat. Tetapi Muhammadiyah
hampir selalu melakukan jumpa pers untuk mengumumkan keputusannya. Tampaknya
untuk menunjukkan kepada publik superioritas bahwa mereka bisa menghisab jauh-jauh
hari sebelumnya. Persis (Persatuan Islam, ormas yang sefaham dengan
Muhammadiyah dalam hal hisab jadi penentu tetapi berbeda dalam kriteria),
melakukan komunikasi internal via surat edaran organisasi dari PP ke Wilayah,
Cabang, Ranting, sampai masjid dan pesantren tanpa publikasi. Persis juga sudah
punya hisab yang jadi pedoman anggotanya.
Tanya (4): berdampak kepada kebingungan masyarakat…… masyarakat yang
mana Prof? siapa yang membuat kebingungan ini? Coba kita berkaca kepada idul
fitri yang lalu? Siapa yang membuat bingung? Pemerintah yang sudah menulis di
kelender atau pihak-pihak yang berbeda dengan pemerintah itu?
Jawab: Ketika Muhammadiyah mengumumkan yang berbeda dengan
kalender keputusan Pemerintah yang disepakati dengan oleh ormas-ormas lain, masyarakat
banyak yang bingung untuk memilih. Perbenaad Idul Fitri 1432/2011 bukan yang
pertama. Idul fitri 1998, 2006, 2007, dan 2011 adalah Idul fitri yang
membingungkan masyarakat karena Muhammadiyah berbeda dengan keputusan
Pemerintah. Hanya bedanya, tahun 2011 sidang itsbat diliput langsung oleh TV.
Sebelumnya, perdebatan selama sidang itsbat tidak pernah diliput langsung,
media lebih tertarik pada kesimpulan akhirnya, dengan sedikit berita soal
adanya perbedaan pendapat dalam sudang itsbat.
Tanya (5): Masalah persatuan umat….. bersatu dalam hal apa? Kalaulah
Prof, ingin menyatukan penentuan idul fitri mahupun puasa,…. Saran saya adalah:
rubah konstitusi negara. Sebutlah dalam UUD, misalnya: Negara menetapkan Idul
Fitri dan Puasa. Insya Allah, saya yakin seyakin-yakinnya, kelompok terbesar
yang oleh pemerintah dianggap sering bertentangan, akan mematuhi konstitusi
negara. Dalam hal penyatuan ini, jika dilakukan dengan setengah hati, ada
dendam, ada iri, ada kepentingan politik, ada pelecehan kepada organisasi,
tampaknyua akan mustahil terwujud.
Jawab: Persatuan ummat tidak perlu aturan konstitusi. Sebagai
Muslim, QS 3:102 memerintahkan “dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”. Perintah Allah lebih tinggi
derajatnya dari konstitusi negara. Persatuan bukan hal yang mustahil, karena
masalahnya sepele:”Muhammadiyah menggunakan kriteria usang wujudul hilal, tidak
mau bersepakat dengan ormas-ormas lain yang sudah menyepakatai kriteria imkan
rukyat”. Dalam bahasa agama, itu namanya “tafarruq”, memisahkan diri dari
persatuan ummat.
Tanya (6): Pertanyaan saya yang terakhir Prof. Apakah WH yang oleh Prof
sudah usang itu, memang sudah tak berguna lagi? Tapi dalam kenyataannya masih
banyak manfaat yang kami rasakan, hanya sedikit saja yang agak berbeda dengan
Prof. Lebih kepada penetapan kriteria. Kriteria, yang membuatkan manusia.
Manusia yang berbeda latar belakang, manusia yang memiliki sudut pandang yang
tidak sama. Manusia yang dalam banyak hal lain telah memiliki konsep
masing-masing.
Jawab: Ya, kriteria usang wujudul hilal yang jadi penyebab
perbedaan awal Ramadhan dan hari raya harus ditinggalkan. Betul itu buatan
manusai. Mengapa buatan manusia dipertahankan mati-matian sampai merusakkan
persatuan ummat. Tinggalkan wujudul hilal, kita sepakati kriteria imkan rukyat
baru yang sesuai dengan kaidah astronomi (menyempurnakan kriteria kesepakatan
2-3-8) yang mempersatukan masyarakat pengguna hisab dan pengguna rukyat. Kita
bangun kebersamaan demi persatuan ummat yang diperintahkan Allah dalam QS
3:102, jauh lebih tinggi derajatnya dari pada konstitusi negara.
1 Comments
Dari jawaban pertanyaan nomer 6,sdr Thomas menyatakan kalau Kriteria Wujudul Hilal adalah buatan manusia,terus kriteria Imkanur Rukyat (2-3-8) itu buatan siapa?.
ReplyDeleteBuktikan dulu bahwa Nabi Muhammad SAW dulu merukyat hilal selalu diatas 2 derajat,dan kalau dibawah 2 derajat tidak dapat dirukyat.
Kalau memang bisa membuktikan,baru kita percaya imkanur rukyat sesuai hadist nabi Muhammad SAW.