Bersama dua orang cucu K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Jawa Bangkok Thailand
(Dari kiri ke kanan : Prof. Ambo Asse, Andi Marliah Bakri, Aminah Dahlan, Marifah Dahlan, penulis, Prof. Mustari dan Luqmanulhakeem Yanggi Siagian, foto dijepret 19 Oktober 2018 di rumah peninggalan Erfan Dahlan, Kawasan Masjid Jawa Bangkok)
Manusia Bukan Manusia sebelum Membantu Orang Lain
(Transkrip wawancara dengan dua orang Cucu
Kiyai Dahlan di Bangkok)
Oleh : Haidir Fitra Siagian
Pada periode awal mendirikan Persyarikatan
Muhammadiyah, dalam beberapa kali pengajian, KH. Ahmad Dahlan mengulang-ulang pelajaran surah al-Ma’un kepada para
santrinya. Walaupun para santri mengaku sudah menghafal surat tersebut,
tetapi Kiyai Dahlan tetap menjadikan surat itu sebagai tema pengajian. Intinya
bahwa surah al-Ma’un itu tidak hanya untuk dihafal, tetapi untuk direalisasikan
dalam kehidupan nyata.
Bagaimana cara
merealisasikan surah al-Ma’un itu, antara lain dengan memelihara anak yatim.
Maka saat itu juga para santri Kiyai Dahlan mencari para anak-anak yatim;
memandikan, memberi makan, dan memberikan baju yang bagus kepada anak yatim.
Inilah yang menjadi cikal-bakal sehingga hampir di seluruh pelosok tanah air
saat ini, terdapat rumah yatim atau panti asuhan yang memelihara anak yatim
milik Persyarikatan Muhammadiyah. Salah satunya adalah Panti Asuhan Sejati yang
terletak di Kota Rappang Kabupaten Sidrap.
Bagi
Muhammadiyah, sebagaimana diajarkan oleh
Kiyai Dahlan tersebut, bahwa dalam mempelajari al-Qur’an, tidak hanya berhenti
pada saat menghafal dan memahaminya saja. Lebih dari itu, harus mengamalkannya
dalam kehidupan nyata. Termasuk diantaranya adalah ajaran untuk tolong menolong
dengan sesama umat manusia, terutama bagi mereka yang memang sedang memerlukan
pertolongan. Seperti mereka yang terkena musibah atau bencana alam. Ini pulalah
yang menjadi dasar bagi Muhammadiyah untuk mendirikan satu lembaga yang
bertugas memberikan bantuan kepada mereka yang terkena musibah bencan alam.
Misalnya yang saat ini sedang terjadi di Palu Donggala, dimana Muhammadiyah
melalui MDMC serta Angkatan Muda Muhammadiyah telah berangkat di sana untuk
memberikan pertolongan kepada korban musibah dimaksud.
Ajaran Kiyai
Dahlan ini, ternyata sudah diamalkan
oleh para pengikutnya. Ribuan sekolah Muhammadiyah mulai sekolah dasar hingga
perguruan tinggi bertebaran di seluruh penjuru negeri. Ini menjadi bukti nyata bahwa gerakan
Muhammadiyah memang didirikan adalah untuk membantu sesama, memberikan
pertolongan kepada orang lain. Ajran Kiyai Dahlan ini, tidak hanya di
Indonesia, tetapi juga para keturunannya yang berada di luar negeri, termasuk
di Thailand.
Dalam satu
minggu ini, saya sempat berkomunikasi dengan pihak keluarga atau cucu langsung
dari K.H. Ahmad Dahlan di Bangkok. Berikut ini saya tampilkan transkrip dari
wawancara tersebut dalam bentuk poin-poin saja dulu. Sebab jika mesti menunggu
diterbitkan dalam bentuk artikel dalam jurnal ilmiah, akan menunggu proses yang
tidak cepat, termasuk mencari literatur lain, membandingkan dengan rujukan
lain, dan proses penerbitan yang kadang memerlukan waktu lama, padahal beberapa
pihak telah meminta saya untuk menyampaikan hasil pertemuan tersebut.
-----------------------------
Notulen pertemuan
dengan Aminah Dahlan
Pada Jum’at, 19 Oktober 2018
pukul 09.30 – 11.00 WIB/Thai, saya telah mengadakan wawancara terbuka dengan
Ibu Aminah Dahlan, pegawai KBRI Bangkok. Beliau adalah seorang warga negara
Thailand yang nenek moyangnya berasal dari
Indonesia, tepatnya dari Yogyakarta. Bapaknya bernama Erfan Dahlan, anak dari
KH. Ahmad Dahlan, pendiri organisasi Muhammadiyah.
Dalam wawancara yang berlangsung
di Ruangan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Bangkok ini, turut dihadiri
oleh : Prof. Dr. H. Mustari Mustafa, M.Pd. (Atdikbud), Prof. Dr. H. Ambo Asse,
M.Ag., (Ketua PWM Sulsel), Dra. Hj. Andi Marliah Bakri, M.Si. (Dosen FKIP
Unismuh Makassar), Luqmanul Hakeem Yanggi Siagian (Siswa SMP Pondon Pesantren
Darul Fallah Unismuh Makassar Bissoloro Gowa).
Berikut ini adalah poin-poin
penting wawancara kami :
- Ahmad Dahlan mengajarkan kepada Erfan Dahlan, lalu Erfan Dahlan mengajarkan kepada anak-anaknya bahwa : “Manusia belum menjadi Manusia sebelum membantu orang lain”’
- Keluarga Erfan Dahlan memiliki uang-uang yang diterima pada aara penguburan Zahara alias Yupa Dahlan (istri Erfan). Uang tersebut sebagai dana untuk membantu orang yang tidak mampu. Uang-uang tersebut juga adalah pemberian dari anak-anak selalu memerian uang tambahan kepada ibunya dari gajinya masing-masing.
- Ass. Prof. Winai Dahlan, anak ke-5, yang saat ini sebagai Direktur Halal Science Center, mewakafkan sebidang tanah untuk bangunan Muhammadiyah, sekarang sisa dibangun. Belum terealisasi karena memerlukan biaya besar;
- Keluarga Dahlan dan beberapa tokoh Islam di Thailand sedang berupaya mendirikan Muhammadiyah. Mereka juga sedang mengurus izin dari pemerintah kerajaan Thailand, belum diketahui apakah ini akan memerlukan surat keputusan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah atau tidak perlu, karena ini sifatnya akan independent;
- Pemerintah Thailand memahami peranan Muhammadiyah, memberikan bantuan untuk Islam. emerintah pernah meminta bantuan Muhammadiyah untuk mendamaikan perselisihan dengan umat Islam di Selatan Thailan, mengingat Muhammadiyah adalah muslim moderat;
- Aminah Dahlan tidak memakai kerudung ke kantor sebagaimana seorang muslimah, karena akan sering berhubungan dengan pemerintah lokal Thailand;
- Aminah Dahlan bekerja di KBRI Bangkok bagian Atase Kejaksaaan, jika ada urusan dengan pemerintah lokal, maka menjadi tugas pokok Aminah Dahlan;
- Budaya Jawa masih berlaku di kalangan umat Islam keturunan Jawa, terutama budaya selamatan;
- Khusus untuk keluarga Dahlan, budaya selamatan tidak dipakai lagi. Ayahnya mengatakan bahwa : “lebih baik biaya selamatan itu dibagikan kepada anak yatim atau masyarakat yang membutuhkan”;
- Mereka mendirikan sekolah informal yakni menggunakan rumah-rumah menjadi tempat mengajar Al Quran dan agama, tetapi tidak menggunakan nama Muhammadiyah, karena masyarakat tidak kenal dengan Muhammadiyah dan masih ada yang tidak senang kepada pikiran baru yang dikenal sebagai muslim baru;
- Pada masa lalu Muhammadiyah belum bisa open, karena takut diprotes sebagian masyarakat khususnya di kampung Masjid Jawa;
- Budaya Muslim sekarang semakin maju;
- Uang yang diperoleh adalah untuk keluarga, jangan dipake untuk selamatan;
- Mereka tidak memakai Muhammadiyah, tapi memakai istilah muslim baru yang sesuai dengan sunnah. Jadi karena mereka tidak melakukan selamatan, maka dipakailah istilah sunnah Nabi, artinya pengikut nabi, jadi sama juga dengan Muhammadiyah;
- Keluarga Dahlan sekarang memakai marga “Dahlan”, semua keturunan Erfan Dahlan sampai cucunya sekarang memakai marga “Dahlan”;
- Mereka sudah kehilangan Bahasa Jawa, karena sudah turun temurun menggunakan bahasa dan berinteraksi dengan masyarakat lokal;
- Aminah Dahlan sengaja disuruh ibunya agar bekerja di KBRI Bangkok supaya dapat terus belajar Bahasa Indonesia; ini amanah yang sangat besar dari Ibu;
- Bekerja di KBRI Bangkok memang salah satu tujuannya agar ia dapat menggunakan Bahasa Indonesia;
- Dengan berbahasa Indonesia agar dapat terus berkomunikasi dengan kelurganya di Indonesia;
- Pihak keluarga dari Yogyakarta dan Jakarta sudah pernah datang ke Bangkok, dan pihak keluarga Dahlan sudah pernah melakukan kunjungan keluarga di Jakarta dan Yogyakarta termasuk saat Muktamar Satu Abad Muhammadiyah;
- Ayah tidak pernah sama sekali menceritakan tentang Muhammadiyah kepada anak-anaknya;
- Tidak benar ayahnya masuk Ahmadiyah; memang ayahnya berteman dengan orang Pakistan;
- Aminah sendiri awalnya tidak tahu apa itu Ahmadiyah; ketika mereka tahu dan dikabarkan bahwa ayahnya dikatakan sebagai penganut Ahmadiyah, pihak keluarga sangat tersinggung;
- Ayahnya pernah bekerja di Kedutaan Jerman, dan lain-lain hingga Kedutaan Pakistan di Bangkok, hingga akhir hayatnya;
- Ayahnya menguasai sembilan bahasa;
- Ayahnya tidak mau bekerja di KBRI dengan satu alasan keluarga Dahlan selalu dihormati masyarakat Indonesia. Biasanya bapak sering diundang untuk memberikan ceramah tentang agama dan dihormati masyarakat Indonesia;
- Awal-awalnya pihak keluarga di Yogyakarta tidak menerima kehadiran istri Erfan (Yupa alias Zahara) karena dianggap berasal dari Negara Budhis;
- Sekarang sudah bersatu, dan saling mengunjungi;
- Ayah sudah meninggal ketika Aminah berusia tiga belas tahun;
- Email : bkkk**@hotmail.com
- WA : +668148853**
Bangkok, 19 Oktober 2018
Transkrip ini diketik kembali
pada hari Ahad (malam Senin) tanggal 21 Oktober 2018 di rumah/apartemen Prof.
Mustari, Atdikbud KBRI Bangkok
***
Notulen pertemuan
dengan Rambhai (Marifah Dahlan) :
Pada Jum’at, 19 Oktober 2018 pukul 16.00 – 18.00
WIB/Thai, saya telah mengadakan wawancara terbuka dengan Ibu Maifah Dahlan
(76), anak pertama dari Erfan Dahlan /
cucu langsung K.H. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah. Dalam acara ini juga
dihadiri oleh Aminah Dahlan.
Dalam wawancara yang berlangsung
di rumah kediaman Erfan Dahlan di Kampung Jawa, Bangkok, seberang Masjid
Kampung Jawa, ini, turut dihadiri oleh :
Prof. Dr. H. Mustari Mustafa, M.Pd. (Atdikbud), Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag.,
(Ketua PWM Sulsel), Dra. Hj. Andi Marliah Bakri, M.Si. (Dosen FKIP Unismuh
Makassar), Luqmanul Hakeem Yanggi Siagian (Siswa SMP Pondok Pesantren Darul
Fallah Unismuh Makassar Bissoloro Gowa), Ibu Inrayati Atjo (Guru SIB asal
Parepare-Sidrap, Sulawesi Selata yang dapat kontrak mengajar selama tiga tahun
di SIB).
Berikut ini adalah poin-poin
penting wawancara kami :
- Selama ini tidak ada konflik umat Islam dengan non Muslim di Bangkok;
- Raja Thailand dapat menerima kehadiran Islam di Thailand;
- Saat ini pemerintah Thailand telah menerima pakaian Muslim yaitu petugas/pejabat pemerintah wanita Muslim diperbolehan untuk memakai hijab ke kantor;
- Banyak juga bantuan kerajaan Thailand untuk pembangunan masjid;
- Pihak Islam di Thailand juga mendapat bantuan dari luar negeri termasuk dari Timur Tengah, karena adanya hubungan individu tokoh Islam dengan Arab Saudi dan lain-lain;
- Mereka tidak menggunakan nama Muhammadiyah, tetapi pakai Sunnah, sebab itu juga merupakan ajaran Muhammadiyah; menjadi pengikut Muhammad SAW;
- Umat Islam di Bangkok masih mengamalkan upacara selamatan kalau ada hajatan, tetapi pihak keluarga Dahlan dan sebagian masyarakat lainnya, tidak mengamalkan selamatan lagi. Yang tidak melakukan selamatan menyebut atau disebut mengamalkan sunnah;
- Orang lokal yang mau menikah dengan wanita Islam, mesti belajar agama Islam dulu selama dua tahun. Setelah itu baru boleh menikahi wanita Islam. Justru orang lokal yang masuk Islam ini lebih kuat agamanya;
- Umat Islam di Kampung Jawa berbaur dengan masyarakat lokal, tidak ada masalah, saling membantu dan bertetangga sebagaimana mestinya. Misalnya, jika pintu pagar mereka terbuka, maka orang penduduk lokal yang melihatnya akan menutupnya;
- Ayahnya Erfan Dahlan atau Jumhan Dahlan, tidak pernah mengenalkan Muhammadiyah kepada anak-anaknya;
- Pada usia 25 tahun, sudah bekerja di KBRI Bangkok;
- Tahun 1967, ayahnya meninggal dunia, saat pingsan di jalan;
- Setelah ayahnya meninggal dunia, pihak KBRI melalui Atase Perdagangan memberitahu kepada Rumbhai bahwa dia adalah seorang cucu dari Pahlawan Indonesia (sampai di sini berdiri bulu romaku mengetik transkrip ini);
- Stelah itu, dia pernah diajak dan dibiayai ke Yogyakarta ;
- Dia bekerja di KBRI juga atas permintaan ibunya agar dapat menguasai bahasa Indonesia;
- Dia juga bekerja untuk membantu ibunya, setelah ayahnya meninggal dunia. Adiknya ada sembilan orang. Sebenarnya mereka bersaudara sebanyak empat belas orang. Empat orang telah meninggal dunia terlebih dahulu;
- Ketika ayahnya meninggal dunia, tidak mengamalkan ta’ziyah;
- Semasa hidupnya, Pak Erfan suka memanggil anak yatim makan di rumahnya, tidak mengadakan selamatan;
- Memberikan uang juga kepada anak yatim sebagai pengganti selamatan;
- Itulah ajaran sunnah ; Muhammadiyah, walaupun tidak menyebut nama Muhammadiyah.
- Masih banyak masyarakat yang tidak mau menerima tetapi tidak anti kepada Muhammadiyah;
- Ayahnya meninggal dunia tahun 1967, dalam usia 61 tahun, menguasai sembilan bahasa;
- Ayahnya seorang periang dan suka melucu. Ibunya kalau marah sama ayahnya, maka ayah akan memakai kutang ibunya, sehingga tidak jadi marah;
- Ayahnya tidak pulang ke Indonesia karena kondisi ekonomi yang sulit, membiayai empat belas anaknya;
- Pulang satu kali untuk mengikuti upacara pemberian satu rumah kepada keturunan Pahlawan Ahmad Dahlan, saat ini rumah tersebut digunakan untuk kepentingan public.
- Erfan Dahlan pernah belajar di Lahore tahun 1930. Lalu ketika akan pulang singgah di Pattani, Thailand.
- Pernah bekerja dengan orang Pakistan seorang dokter.
- Pindah ke Bangkok untuk mencari kerja. Tahun 1934 menikah dengan putri imam Masjid Jawa yang masih keturunan dari Jawa.
- Keluarga Pak Erfaan Dahlan :
Ayah : Erfaan Dahlan
Ibu : Zaharah
(Yapha)
Anak-anak: Marifah (Rambhai) 76 tahun; Ismail (Paihoon),
pernah bekerja di Amerika Serikat (kini
sudah di Bangkok); Zirat (Thairat) bekerja di Amerika Serikat; Achmad Dahlan (Phaisal);
Basir (Dr. Winai), dosen / direktur Halal Science Center, Chulalongkim University; Aminah (Amphon); Adenan
(Anan);Acksan (Artorn); Walidah
(Warida); Anwaruddin (Amnaj); pernah bekerja di Amerika dan sekarang pengusaha
properti di Thailand;
30. Empat orang meninggal dunia;
31. Mereka tidak ikut kebiasaan masyarakat setempat di sini termasuk
kebiasaan orang Jawa dulu;
32. Minta dikirimkan film Nyai Ahmad Dahlan dan HPT; mereka mau
menonton, sempat mereka dengar bahwa itu tidak lalu, saya bilang justru sangat
banyak penontonnya termasuk di Sulawesi Selatan diadakan nonton bareng;
Bangkok, 19 Oktober 2018
Transkrip ini diketik kembali
pada hari Senin (ba’da subuh) tanggal 22 Oktober 2018 di rumah/apartemen Prof.
Mustari, Atdikbud KBRI Bangkok
----------------------------------
Demikian poin-poin hasil
wawancara saya dengan dua orang keturunan K.H. Ahmad Dahlan. Hasil wawancara
ini akan menjadi bagian dari data dalam rangka penelitian tentang komunikasi
antarbudaya diaspora Indonesia di Thailand.
Poin-poin di atas telah
diverifikasi sehingga validitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Namun demiian,
guna menghindari kesalahan penafsiran, bagi pihak-pihak yang ingin menjadikan
data sebagai rujukan ilmiah, mohon dikonfirmasi dulu kepada saya atau kepada
pihak keluarga Dahlan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalam
Bangkok, 23 Oktober 2018, ba’da
subuh
Haidir Fitra Siagian
Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar (Sekretaris Majelis
Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan)
0 Comments