About Me

Cucu Palaguna jadi Raja di Medan, Sumatra Utara



Palaguna : Saya akan Rawat Tuanku Aji    
(Mengenang 4 : alm. H.Z.B. Palaguna, mantan Gubernur Sulawesi Selatan) 
Oleh :Haidir Fitra Siagian

Walaupun secara administratif pemerintahan tidak lagi memiliki kekuatan politik, Kesultanan Deli di wilayah Kota Medan dan Deli Serdang, Sumatra Utara dan kawasan lainnya hingga saat ini masih terus bertahan dan mendapat penghormatan dari masyarakatnya. Ini juga berlaku di berbagai kesultanan yang ada di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, 17 Agustus 1945, administrasi pemerintahan dijalankan oleh seorang Presiden bersama dengan para pembantunya hingga tingkat provinsi sampai ke bawah. Akan tetapi setiap kesultanan masih diakui oleh negara sebagai warisan budaya bangsa yang keberadaannya tetap dilindungi dan dipertahankan.  

Demikian pula dengan Kesultanan Deli, masih tetap berdiri menunjukkan jati dirinya di tengah modernitas abad ini. Kesultanan ini didirikan oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan yang memerintah pada tahun 1932 – 1969.  Dengan Islam sebagai agama Sultan dan bahasa Melayu sebagai percakapan resmi. Dalam bidang urusan agama Islam, terdapat mufti kerajaan. Kemudian  di bawahnya terdapat bilal, imam, khalif, dan penghulu masjid. Mereka-mereka inilah yang menangani permasalahan yang dihadapi jika berhubungan dengan keagamaan. Kehidupan mereka diperoleh dari sumbangan masyarakat (https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Deli).

Dua buah peninggalan sejarah Kesultanan Deli yang masih tetap terpelihara dengan baik adalah Istana Maimun dan Masjid Raya Medan. Pada tahun 2011 yang lalu, setelah ziarah kubur ayahandaku Muhammad Dollar Siagian di kampung halamanku, Sipirok (338 Km dari Medan), saya bersama keluarga sempat mengunjungi istana dan masjid yang terletak di pusat Kota Medan ini. Inilah pertama kalinya saya ke istana ini. Tampak masjid dengan ciri khas Melayu berdiri dengan megah. Di luar Istana Maimun terdapat taman yang cukup cantik. Masuk ke dalam istana secara bebas. Terdapat pula sejumlah wisatawan dari luar negeri turut berkunjung ke istana ini. Beberapa pedagang asongan dengan menaiki sepeda motor besar menjual kain Bugis di halaman istana.

Saat itu saya sadar bahwa penguasa Kesultanan Deli atau lebih mudah disebut sebagai Raja Deli adalah seorang anak muda yang memiliki darah Bugis. Namanya adalah Seripaduka Baginda Tuanku Sultan Mahmud Arya Lamanjiji Perkasa Alam Shah atau cukup disingkat Tuanku Aji. Tuanku Aji adalah hasil perkawinan etnis Melayu Deli dengan etnis Bugis, dilahirkan di Makassar, tanggal 17 Agustus 1997 dari pasangan Letkol Otteman Mahmud dengan Ir. Hj. Andi Siska Marabintang.  Jika tidak salah, keduanya dipertemukan saat Andi Siska, mengikuti kegiatan di Rindam VII Wirabuana, Pakkato Gowa. Sementara Letkol Ottman saat itu bertugas sebagai perwira TNI di tempat tersebut. Ini berita yang tersebar sempat saya dengar pada sekitar pertangahan tahun 1990an.

Tuanku Aji dinobatkan sebagai Sultan Deli pada tanggal 23 Juli 2005 dalam usia delapan tahun. Beliau menggantikan ayahnya Otteman Mahmud atau dikenal dengan gelar Letnan Kolonel (Infantri) Tuanku Sultan Otteman III Mahmud Ma'amun Padrap Perkasa Alam Shah, yang meninggal dunia  saat pesawat CN-235 yang ditumpanginya bersama dua rekan TNI lainnya tergelincir di Bandar Udara Malikus SalehLhokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam, dua hari sebelumnya.

Saya ingat dalam beberaapa siaran televisi nasional pada saat penobatan dimaksud, berlangsung di Istana Maimun Medan. Seorang anak kecil akan dinobatkan menjadi Raja Deli. Ketika pemuka istana akan memasangkan pedang ke dalam sarung yang melengket dipinggangnya, sebatang permen (gula-gula yang ada tongkatnya) masih menempel di bibir dan sesekali mengulumnya. Disampingnya ada seorang sosok lelaki tangguh dari Tanah Bugis ikut mendampingi, pakai kumis dan berdiri tegak. Lelaki itu adalah mantan Gubernur Sulawesi Selatan H.Z.B. Palaguna, yang juga adalah kakek kandungnya. Dimana ibu kandung Tuanku Aji, yakni Ir. Hj. Andi Siska Marabintang atau dengan gelar  Puang Hajjah Siska Mara Bintang, Raja Ampuan Indra, adalah putri kandung Pak Palaguna.

Tak lama setelah penobatan, kakek Sultan Deli XIV ini,  berkesempatan memberikan sedikit pidato untuk kaum kerabat Kesultanan Deli. Dalam pidatonya beliau menyampaikan “Saya akan mendidik Tuanku Aji (nama timangan Sultan Deli XIV) sampai nanti beliau cukup usia dan sudah bisa menjadi Sultan baru boleh Pulang ke Istana Maimoon”  (sebagaimana ditulis dalam https://hikayatanakdeli.wordpress.com/tag/sultan-deli-xiv/ diakses, 10 Oktober 2019).

Beberapa hari lalu, tepatnya tanggal 2 Oktober 2019, Pak Palaguna telah mendahului kita, dalam usia delapan puluh tahun lebih. Banyak jasanya kepada bangsa ini. Dari titisan darahnya, pun, telah lahir seorang raja. Raja Deli. Semoga jasanya dalam memimpin dan membangun Sulawesi  Selatan menjadi amal jariyah baginya di akhirat kelak. Amiin ya Rabbal’alamien.

Gwynenville, NSW, Australia, 12.10.2019 ba’da Subuh  


Catatan : artikel ini disarikan dari berbagai sumber
Foto : Fb KBMR

Post a Comment

1 Comments

  1. Sultan deli meninggal karena kecelakaan pesawat mandala di medan

    ReplyDelete

close