About Me

Lion Air; Kadang Murah, Panas, dan Delay. Jangan gitu lagi ya!

Pesawat Virgin Air, yang akan membawa kami dari Pert ke Bali, 23 Juli 2013, tepat waktu dan tidak panas.

Tampaknya sudah tidak terhitung berapa kali saya naik pesawat Lion Air sejak tahun 2002 lalu hingga saat ini. Mulai dari Makassar – Surabaya, Bali, Jakarta, Pekan Baru, Palngkal Pinang – Bangka, dan beberapa kali dari Kuala Lumpur – Jakarta – Makassar. Orang-orang yang menjadi tanggung jawab saya, juga sering saya pesankan tiket Lion Air, seperti kedua orang tuaku kalau dari Pekan Baru ke Makassar. Pernah juga tanteku yang warga Singapura akan ke Makassar via Jakarta, ketika saya akan menikah tahun 2003 lalu, saya pesankan naik Lion Air. Ada banyak suka dukanya naik dalam pesawat ini. Sukanya, biasa dapat tiket murah, dukanya kalau lagi dapat panasnya atau ada pertukaran “gate” di Bandara Sokarno Hatta Jakarta, misalnya dari gate 5 ke gate 7. Ini merepotkan dan capek. Sedangkan kalau delay, bagi saya itu tidak masalah.
Banyak orang yang sering mengeluh jika keberangkatan tertunda (delay), satu, dua, tiga, hingga bebepapa jam. Alasan keluhan itu adalah bosan menunggu di bandara atau takut jadwal acaranya akan terganggu karena ketibaannya di tempat tujuan tidak tepat waktu. Hal ini dapat merubah agenda yang dia rencanakan. Bagi saya, bagaimanapun tidak merasa kecewa jika ada pesawat delay. Saya berpikir positif saja dan meyakini bahwa keterlambatan pesawat  adalah untuk kebaikan penumpang. Paling sering alasan delay adalah kerusakan pesawat, keterlambatan pesawat tiba di bandara itu, atau padatnya lalu lintas di bandara. Bagi saya, semua alasan tersebut adalah masuk akal, dan saya berusaha untuk mengerti.
Sebenarnya tidak hanya Lion Air yang sering delay. Perusahaan penerbangan internasional, Air Asia, juga beberapa kali delay. Dua minggu lalu contohnya. Saya akan berangkat dari LCCT Kuala Lumpur ke Kuala Namu International Airport Medan, Kamis, 12 September 2013. Dijadwalkan berangkat pukul 03.55 petang waktu Malaysia. Tetapi ditunda hingga dua setengah jam kemudian menjadi pukul 07.10 jelang magrib waktu Malaysia. Alasannya adalah karena cuaca buruk di Kuala Namu menyebabkan semua jadwal penerbangan di Kuala Namu Medan sejak tadi pagi bergeser.
Bagi saya itu, dapat menerima alasan itu, apalagi pihak Air Asia memberikan kompensasi berupa satu botol air mineral dan dunkin’ donuts satu kotak. Lumayan mengganjal perut yang sudah mulai bernyanyi. Saat itu, saya sebenarnya gelisah, karena setiba di Medan nanti, saya harus melanjutkan perjalanan ke Sipirok, 380 km ke selatan Medan. Jadwal bus terakhir adalah pukul 20.00 WIB. Untung sekali tiba di KNIA Medan baru setengah delapan, lalu saya telepon perwakilan bus, menanyakan apakah masih ada tiket. Alhamdulillah ternyata masih ada. Saya diminta menunggu di luar bandara, pinggir jalan raya Medan-Sipirok. Sekiranya lebih terlambat sedikit lagi, maka saya harus nginap di Medan dan tentu menambah biaya, lagipula berbagai rencana yang sudah saya atur bisa tidak terpenuhi lagi.
Kembali ke masalah yang dihadapi dalam penerbangan, yang paling saya tidak pahami adalah suhu yang panas dalam pesawat beberapa menit sebelum keberangkatan. Saya mengalaminya di Bandara Sultan Syarif Kasim Pekan Baru pertengahan tahun 2007 bersama isteri dan dua orang anakku. Naik ke pesawat Lion Air yang ternyata diganti dengan Wings Air, AC-nya belum dinyalakan. Mesin pesawat juga belum nyala. Kurang lebih lima belas menit kami berada di dalam pesawat dengan kondisi yang sangat panas. Inilah pertama kali saya mengalami hal ini. Sebelumnya, tidak pernah. Dan Alhamdulilah, sesudahnya juga belum pernah. Saat itu, saya berpikir bahwa hal ini mungkin kealpaan saja atau ketidaksengajaan kru pesawat.
Akan tetapi membaca pemberitaan media massa hari: (http://www.utusan.com.my/utusan/Luar_Negara/20130930/lu_23/Penumpang-buka-pintu-kecemasan-pesawat-kerana-kepanasan bahwa ada penumpang yang membuka pintu darurat pesawat Lion Air di Manado yang akan terbang ke Jakarta, gara-gara ruangan yang sangat panas karena AC-nya belum menyala. Tindakan itu memang tidak sepatutnya dilakukan oleh penumpang, karena sangat berbahaya bagi keselamatan, apalagi pesawat sudah mulai bergerak.  Menurut berita, penumpang sudah memberitahu atau mengeluh kepada pramugari dan pilot, tapi tidak mendapatkan tanggapan yang memuaskan.
Menurut kabar, terlambatnya dinyalakan AC adalah untuk mengurangi pemakaian bahan bakar. Kalau alasan ini betul, sebenarnya tidak boleh dilakukan pihak perusahaan penerbangan, walaupun mereka memasang tarif rendah. Sebab bagaimanapun kenyamanan dan keamanan penumpang mestilah menjadi perhatian serius pihak perusahaan penerbangan tersebut.
Saya berharap hal ini tidak terjadi lagi pada perusahaan penerbangan Lion Air yang dipimpin oleh Bapak Rusdi Kirana ini. Saya pernah bersalaman dengan beliau tahun 2005 di lokasi Muktamar Muhammadiyah di Kampus Universitas Muhammadiyah Malang. Saat itu, oleh Pak Azwas Hasan (dosen Komunikasi UNHAS),  memperkenalkan bos saya, K.H. Nasruddin Razak, kepada Pak Rusdi. “Ini Pak Kiyai, Ketua Muhammadiyah Sulsel” Kata Pak Azwar. Oleh Pak Rusdi disahuti, “Ini…. Bapaknya Hadi Djamal ya”. “Bukan…..ini pengganti Pak Kiyai Djamal…sama-sama Kiyai” Kata Pak Azwar. Setelah bersalaman dengan Pak Kiyai Nas, Pak Rusdi memanggil stafnya. Entah apa yang mereka diskusikan. Saya juga sempat diberikan selembar kartu nama, entah dimana sekarang. Yang jelas, ketika pulang ke Makassar via Surabaya dengan Lion Air, Pak Kiyai Nas dan keluarga mendapat perlakuan istimewa dari kru Lion Air sejak dari Bandara Juanda hingga Bandara Hasanuddin. Catatan: Abdul Hadi Djamal saat itu adalah Anggota DPR RI yang antara lain membidangi perhubungan, jadi kenal dengan Pak Rusdi Kirana.
            Insya Allah, lebaran idul fitri 1434 H tahun depan kami akan mudik ke Medan. Saya sudah beli tiket pesawar Lion Air rute Makassar – Kuala Namu Medan tanggal 4 Agustus 2014 dan kembali tanggal 15 Agustus 2014 via Pekan Baru – Makassar untuk lima orang (saya, isteri, dan tiga orang anakku). Kenapa beli tiket jauh hari, bahkan sepuluh bulan sebelumnya? Ada dua alasan, pertama untuk memastikan bahwa Insya Allah tahun depan kami harus lebaran ke Sipirok atas permintaan ibuku. Supaya tidak ada rencana lain yang dapat merubah agenda ini, mudah-mudahan Allah SWT meridhainya. Yang kedua, tentu untuk memperoleh tiket yang murah. Sebab pengalaman selama ini, jika beli tiket menjelang lebaran, harganya akan melonjak setinggi langit.
            Mudah-mudahan saja perjalanan kami nanti tidak ada masalah yang sempat membuat orang jengkel, misalnya yang perna saya alami dan contoh kejadian di atas. Kalau hanya delay, beberapa jam, insya Allah saya akan tetap terima. Yang penting selamat hingga ke tujuan, demikian pula dengan kembalinya. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan menjauhkan dari mara bahaya dan malapetaka. Insya Allah. ***
Lantai V Apartemen Pusat Hentian Kajang, Selangor Darul Ehsan ba’da Isya hingga jelang tengah malam, 1 Oktober 2013
.



Post a Comment

2 Comments

  1. http://regional.kompas.com/read/2013/10/01/0720415/Lion.Air.Tolak.Isi.Pendingin.Udara.demi.Pengiritan
    http://makassar.tribunnews.com/2013/10/01/ngirit-lion-air-biarkan-penumpangnya-tanpa-ac
    Berita di atas menjelaskan bahwa tidak dinyalakannya AC dengan alasan pengiritan. Padahal yang terjadi bukan pengiritan, malah menambah besar pengeluaran, dan kerugian immaterial lainnya.

    ReplyDelete
  2. Ternyata saya salah dalam menentukan tanggal keberangkatan dan kepulangan. Saat ini sementara dalam proses perbaikan. Wassalam

    ReplyDelete

close