About Me

Gaji Tukang Bantu tidak Dibayar














POLEWALI – Robohnya salah satu teras di lantai dua Pasar Pambusuang yang sedang dibangun beberapa waktu lalu (3/11) memunculkan kecemasan masyarakat. Kualitas bangunan diragukan kekuatannya. Masyarakat berharap ada investigasi atas kejadian tersebut. Namun itu sepertinya tidak terjadi, malah pembangunan terus berlanjut.
Menyadari ada potensi bahaya lebih besar jika kegiatan pembangunan tidak dihentikan sementara, Forum Sappambusuangang melakukan aksi unjuk rasa dan menyampaikan beberapa tuntutan. Aksi dilakukan di depan Kompleks Pasar Pambusuang, Jumat (8/11) sekira pukul tiga sore. Aksi diikuti puluhan orang, baik dari unsur santri yang belajar ilmu agama, mahasiswa yang berasal Pambusuang, maupun masyarakat umum.
Mereka menyampaikan tuntutan, “Menghentikan sementara proses pembangunan pasar dan dilanjutkan setelah ada investigasi; Meminta DPRD Kabupaten Polewali Mandar segera mamanggil pihak kontraktor untuk mengklarifikasi penyebab runtuhnya bangunan dan menurunkan tim ahli untuk melakukan tes laboratorium kualitas material dan konstruksi bangunan; Meminta Bupati Polewali Mandar bertanggung jawab atas proyek yang proses tender dan pengawasannya kurang profesional; dan Mendesak DPRD Polewali Mandar meminta BPK  atau KPK atau TIPIKOR atau pihak berwenang lain untuk mengaudit anggaran yang menggunakan anggaran miliaran tersebut.”
Menerima aspirasi mereka adalah anggota DPRD Polewali Mandar yang berasal dari Kecamatan Balanipa, Syamsul Samad dan Tanda. “Saya sebagai anggota DPRD dan warga Pambusuang sangat setuju dengan tuntutan masyarakat. Pembangunan pasar harus segera dihentikan hari ini juga,” ungkap Syamsul Samad di depan pengunjuk rasa dan masyarakat Pambusuang yang ikut menonton.
Dalam orasinya, koordinator unjuk rasa, Mustakim, menyesalkan atas sikap pihak kepolisian yang seolah tidak memberi ruang kepada penyampai aspirasi. “Kami sudah memasukkan surat pemberitahuan ke pihak kepolisian, tapi kita seolah-olah tidak diberi ruang. Katanya, harus ada ijin dari Polres. Ada apa ini,” gusar Mustakim berapi-api.
Penyampaian aspirasi berjalan damai. Diawali shalawat badar oleh para santri. Setelah itu koordinator membacakan tuntutan. Tuntutan ditanggapi oleh dua anggota DPRD Polewali Mandar. “Jika biasanya aspirasi disampaikan di Kantor DPRD, sekarang ini di lapangan. Ini lebih efektif, bisa langsung ditindaklanjuti,” kata Syamsul Samad. Bersama Tanda, kedua anggota DPRD Polewali Mandar tersebut melakukan negosiasi dengan pihak pengawas pembangunan agar dia dan pers dibukakan pintu untuk bisa masuk ke kompleks pembangunan pasar. Awalnya pihak pengawas tidak mau membukakan. Setelah dijelaskan dan ada tekanan, barulah anggota dewan dan pers diijinkan masuk.
Syamsul Samad menuntut pihak pengawas dan pekerja untuk segera menghentikan pekerjaan. “Pekerjaan harus dihentikan hari ini juga. Ini menyangkut nyawa orang. Saya sebagai anggota DPRD yang bertanggung jawab bila ada yang terus memaksakan pembangunan tanpa melakukan investigasi atas apa yang terjadi beberapa waktu lalu,” kata Syamsul Samad kepada pihak pengawas. Mendapat teguran keras, pihak pengawas dan pekerja pun menghentikan proses pekerjaannya.
Selain diikuti oleh unsur pemuda dan mahasiswa Pambusuang, aksi unjuk rasa juga diikuti oleh beberapa ustadz Pambuang. Salah satunya Annangguru Syahid. “Kami dan para ustadz berpikir lebih baik mencegah dari pada mengobati. Artinya, kami meminta ini dihentikan sementara. Kan tidak ada salahnya kalau berhenti sementara bara satu dua minggu. Harus ada tim yang menginvestigasi material dan segala hal yang berkaitan dengan kualitas bangunan pasar,” terang ustadz yang memiliki banyak murid yang belajar kitab kuning.
Tambahnya, “Pasar ini akan selalu dimanfaatkan orang banyak. Pasar itu tidak ada liburnya, pagi sampai sore orang Pambusuang selalu ada di sini. Nah, kalau pasar itu tidak berkualitas atau gampang roboh, peristiwa luar biasa akan terjadi.”
Sebelum aksi unjuk rasa terjadi, tersiar kabar akan ada demo tandingan. Juga ada beberapa pihak yang mencoba menggagalkan aksi. Menurut As’ad, salah seorang warga Pambusuang, “Apa yang teman-teman lakukan adalah hal positif, untuk keselematan kita semua. Karena itu, semua warga tetap solid dan tidak mudah dipecah belah atau adu domba oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Bagaimana pun juga, pembangunan Pasar Pambusuang harus terus kita kawal dan tetap mengutamakan keselamatan pengguna. Jangan karena keuntungan sesaat atau segelintir pihak, nyawa masyarakat dikorbankan.”
---------***--------
Komentarku:
Inilah salah satu bentuk pembangunan yang tidak terencana, adanya kemungkinan korupsi, tidak profesional dalam membangun, kongkalikong antara oknum pemerintah dengan kontraktor. Saya pernah mengalami hal seperti ini di Puskesmas Pelitakan, Kecamatan Tapango, Kab. Polewali Mamasa, sekitar tahun 2006-2007. Saat itu rumah dinas yang ditempati isteriku, sedang direnovasi. Pelaksanaan renovasi tidak tuntas; kamar mandi tidak diperbaiki, lantai dapur tidak ditegel, dan flapon tidak dicat. Kita tidak tahu apa itu masuk anggaran atau tidak, karena tukang bekerja hanya maunya saja. Tidak pernah pimpinan proyek dan pengawas datang. Yang paling menjengkelkan adalah, adanya tukang bantu yang tidak dibayar gajinya. Tukang bantu  maksudnya adalah, tukang yang disuruh melaksanakan mengerjakan rumah tersebut memanggil orang lain untuk membantu dalam melaksanakan pembangunan. Orang lain ini yang biasa disebut sebagai tukang bantunya, tidak mendapat bayaran hingga tukang yang memanggilnya itu pergi dan tak datang lagi. Wallahu’alam.
Bilik Mention, Kampus UKM Bangi, 8-11-13 pagi hari sambil mendengar kicauan burung di pepohonan.


Post a Comment

0 Comments

close