(Catatan: Tulisan ini dimuat pada harian Tribun Timur edisi hari ini, Sabtu, 7-12-13. Selengkapnya baca dalam bloq ini).
Mengenang H.M. Yunus Kadir
“Surga.
Saya ingin masuk surga”! Kalimat
inilah jawaban H.M. Yunus Kadir kepada seorang rekannya sesama pengusaha saat
bertanya seraya menyindir, mengapa bersedia menjadi ketua Muhammadiyah. Pernyataan
tersebut terungkap dalam pelantikan Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Tana Toraja periode 2000-2005 di Makale, medio April 2001. Saya berkesempatan
menyaksikan pelantikan yang dilakukan oleh
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Drs. K.H.
Nasruddin Razak. Sebelum menjadi ketua Muhammadiyah, H.M. Yunus Kadir tidak
begitu aktif di Muhammadiyah. Beliau lebih banyak mengurusi berbagai
perusahaannya dan menjadi pengurus beberapa organisasi profesi seperti Kadin, Hiswanamigas,
dan Orari. Latar belakang kemuhammadiyahannya adalah ketika pernah ikut KOKAM
(Komando Kesiap-siagaan Angkatan Muda Muhammadiyah) dan Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM) ketika masih sekolah tahun 1966.
Sebagai seorang pengusaha, bagi
teman-temannya, H.M. Yunus Kadir, dipandang remeh ketika menerima amanah
memimpin sebuah organisasi yang sama sekali tidak memberikan keuntungan secara
finansial, apalagi untuk mengembangkan usaha. Malahan mengurus Muhammadiyah
dianggap menghabiskan waktu, tenaga dan harta saja. Namun, jawaban H.M. Yunus
Kadir tersebut, membuat teman-temannya sesama pengusa, tersentak. Surga!
Mungkin sesuatu yang asing dan tidak disangka mendapat jawaban itu.
Ketika menjabat sebagai Ketua
Muhammadiyah Tana Toraja dua periode, 2000
– 2010, Muhammadiyah Tanah Toraja lebih berkembang. Langkah pertama yang
dilakukannya yakni membuka pangkalan minyak di kantor Muhammadiyah Jl. Musa No.
10 Makale. Modal usaha, manajemen dan karyawan senantiasa dikontrolnya. Keuntungan
dari usaha pangkalan minyak ini, diberikan untuk dana organisasi. Mengapa
membuka pangkalan minyak? Menurutnya, Muhammadiyah mesti punya sumber dana
tetap untuk mengembangkan dakwahnya, tidak boleh mengandalkan bantuan semata. Bersama
pengurus lainnya, beliau juga membangun kantor
Muhammadiyah yang permanen dan memperbaiki bangunan Pondok Pesantren
Muhammadiyah Gettengan. Tidak hanya itu, dakwah Muhammadiyah juga semakin giat.
Beberapa Cabang Muhammadiyah yang sebelumnya tidak aktif, kembali diaktifkan. Bahkan
terdapat pembukaan Ranting Muhammadiyah yang baru. Beliau pun tidak menolak
berjalan kaki menuju pedalaman Tana Toraja untuk menghadiri kegiatan dakwah.
***
(Biodata beliau saat terpilih jadi Anggota PWM Sulsel periode 2010-2015 di Kampus Unismuh Makassar, Desember 2010)
Saya berkenalan langsung dengan H.M.
Yunus Kadir sekitar bulan Mei 1995. Saat itu, saya mendampingi kakekku (paman
dari ibu kandungku), K.H. Mara Tagor Pakpahan, pengurus
Muhammadiyah Simalungun, Sumatra Utara. Kakekku datang dari Pematang Siantar
untuk membawakan khutbah Idul Adha di lapangan Pondok Pesantren Pembangunan
Muhammadiyah Gettengan atas permintaan Pimpinan Cabang Muhammadiyah setempat, yang difasilitasi oleh seorang tokoh
masyarakat, bernama Drs. H. Muhallim. Selama beberapa hari kami menginap di
rumah abangnya H.M. Yunus Kadir, yakni Drs. H. Abdul Rahman Kadir, di
Mengkendek.
Sebelum pulang ke Ujungpandang
(Makassar), kami dibawa ke rumah H.M. Yunus Kadir di Rante Pao untuk makan
siang. Rupanya, perkenalan kakekku dengan beliau, terus berlanjut hingga
kakekku wafat di Pematang Siantar. Mereka sering saling menelefon dan mengirim
kartu lebaran. Setelah pertemuan tersebut, saya tidak pernah lagi bertemu
dengan beliau sampai pada pelantikan beliau sebagai Ketua Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Tana Toraja tahun 2001 sebagaimana disebutkan di atas. Awalnya,
saya ragu memperkenalkan diri. Namun beliau terlebih dahulu menyapa saya,
dimana kita bertemu, tanyanya. Saya bilang, saya cucunya K.H. Mara Tagor Pakpahan
dari Pematang Siantar yang pernah ke Toraja lima tahun lalu.
Sejak saat itu, hubungan saya dengan
Pak Yunus Kadir semakin akrab. Posisi saya sebagai staf kantor Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Sulawesi Selatan, sering mengirim pesan kepada beliau terkait
dengan kegiatan organisasi. Dia juga sering datang ke Gedung Dakwah
Muhammadiyah Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 No. 38 Makassar. Dapat dipastikan
kedatangannya selalu membawa berkah kepada saya. Selain membawa oleh-oleh
seperti kopi Toraja dan salak Enrekang, beliau juga memberikan amplop.
Sekitar tahun 2002, beliau datang ke
kantor, pagi hari. Saya tidak melihat beliau menunggu di luar. Beliau tidak mau
masuk karena saya sedang membersihkan. Selesai mengepel, barulah dia masuk.
Setelah menyampaikan maksud kedatangannya, beliau mau pamit, tidak lupa
memberikan uang kepada saya. Alhamdulillah, cukup untuk membayar SPP satu
semester, ketika itu saya masih mengambil
master di Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Pada saat akan melangsungkan pernikahan pada tahun
2003, beliau menelepon saya, menyampaikan tidak sempat ikut mengantar rombongan
kami ke Somba, Majene, karena ada urusan
bisnisnya di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Beliau menawarkan untuk berbulan madu
di Tana Toraja. Dua hari setelah menikah, saya bersama isteri dan keluarga
berangkat ke Toraja. Semua fasilitas disiapkan oleh beliau, mulai dari hotel
hingga transportasi. Kemudian, dua tahun lalu, ketika saya akan berangkat ke
Malaysia untuk melanjutkan studi, dalam perjalanan ke Bandara Sultan
Hasanuddin, beliau menelepon saya. Tanpa kuduga, beliau menanyakan nomor
rekeningku. Alhamdulillah, ada tambahan modal belajar.
Tahun
2005, dalam Musyawarah Wilayah Ke-36 Muhammadiyah Sulawesi Selatan di Parepare,
H.M. Yunus Kadir masuk dalam bursa calon pimpinan. Walaupun tidak berhasil
masuk dalam 13 orang tim formatur, namun jumlah suaranya sempat bertengger di
urutan atas pada perhitungan awal. Setelah itu, pada sekitar bulan Februari
2006, dalam Musyawarah Daerah Muhammadiyah Kabupaten Tana Toraja, belia kembali
terpilih sebagai ketua untuk periode kedua. Kecintaan H.M. Yunus Kadir kepada
Persyarikatan Muhammadiyah, tidak diragukan lagi. Beliau tidak segan menggelontorkan
uang untuk kegiatan Muhammadiyah, baik tingkat daerah maupun tingkat provinsi. Bahkan
untuk kegiatan dakwah Muhammadiyah di Sulawesi Selatan, beliau menyiapkan
fasilitas helicopter pribadinya. Beberapa teman saya, juga mengaku sering
mendapatkan bantuan dana dari beliau, tanpa diminta. Saya benar-benar meyakini
semua sumbangannya adalah karena semata
mengharap surganya Allah Swt, sebagaimana dikatakannya ketika pertama kali
dilantik jadi ketua Muhammadiyah.
(Fotoku bersama almarhum sesaat setelah penutupan Musywil Muhammadiyah Sulsel, Kampus Unismuh Makassar, akhir Desember 2010)
Terakhir saya bertemu beliau pada tanggal
1 Desember 2012 di Kampus Pondok Pesantren Hizbul Wathan, Parang Loe, Kabupaten
Gowa, saat menghadiri pemakaman K.H. Abdul Qadir Sarro, penasihat Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan. Tidak banyak yang kami bicara saat itu
karena suasananya sangat ramai. Saat
itu, beliau memesan sekitar seribu dos nasi bungkus untuk warga yang melayat. Di
pesantren tersebut, beliau termasuk salah seorang pembinanya.
Ketika beliau diangkat sebagai Ketua Umum Panitia
Muktamar Muhammadiyah yang baru akan dilaksanakan tahun 2015 mendatang, saya diminta terlibat membantu panitia sebagai
ketua bidang kesekretariatan. Hingga beberapa hari yang lalu, saya membaca
berbagai status di media sosial, yang mengabarkan bahwa Allah Swt telah
memanggil beliau kembali. Innalillahi wainna ilaihi rajiun.
Almarhum lahir di Mengkendek, 29
September 1949. Mulai SD hingga SMA ditempuh di perguruan Katolik di Makale.
Meninggalkan seorang isteri, Hj. Nasni Lasatung dan delapan orang anak. Semoga
Allah Swt menerima segala amal ibadahnya dan memasukkannya ke dalam golongan
orang-orang yang beruntung di akhirat kelak. Amiin.
Kuala
Lumpur, 4 Desember 2013
Haidir
Fitra Siagian
(Mantan
Staf Kantor PW Muhammadiyah Sulsel/Dosen UIN Alauddin Makassar)
2 Comments
mohon izin tulisannya sy copas ke blog Muhammadiyah Sulsel (http://muhammadiyah-sulsel.blogspot.com/), syukran....
ReplyDeletehttp://muhammadiyah-sulsel.blogspot.com/2013/12/mengenang-hm-yunus-kadir.html
ReplyDelete