About Me

Pemerintah dan Tokoh Agama Perlu Lebih Prihatin terhadap Perzinahan



 


Di Negara Pancasila Seks Bebas Tumbuh Subur

            Tentang perilaku seks bebas yang dilakukan oleh rakyat Indonesia, baik yang sudah dewasa maupun yang masih remaja, yang sudah menikah mahupun yang belum menikah, tampaknya sudah menjadi sesuatu yang lumrah.  Rakyat Indonesia yang sebagian besar menganut Agama Islam, tentu menjadi sebagian besar dari pelaku seks bebas ini dan kita tak perlu memberikan bantahan terhadapnya.  Pemberitaan di media massa, setiap saat ada pembuangan bayi, menggugurkan kandungan, tertangkap tanpa busana di hotel atau rumah kost, dan seterusnya. Belum lagi vidio porno yang merebak di berbagai penjuru tanah air, hingga ke pedesaan. Tentu ini adalah akibat dari perzinahan.
Sekarang orang yang berzina dianggap sebagai yang biasa-biasa saja. Bukan lagi perkara yang tabu. Bukan lagi perbuatan yang hina. Bukan lagi sesuatu yang perlu dipersoalkan. Bahkan saya pernah membaca pemberitaan bahwa mahasiswa di Kota Bandung, tidak malu-malu lagi berzina dengan sesama mahasiswa di kamar kostnya. Tidak merasa risih diketahui oleh temannya bahwa mereka berzina. Justeru merasa bangga sudah berzina. Beberapa hari lalu, melalui media massa, masih di Kota Bandung, seorang pelajar perempuan merebahkan kepalanya ke paha pacar lelakinya di taman di pinggir jalan, depan sekolah dengan tidak merasa risih sedikit pun. Dari peristiwa ini, dapat dilbaca di sini: http://www.merdeka.com/peristiwa/pacaran-sejoli-dipotret-lalu-di-mention-ke-twitter-ridwan-kamil.html


 

            Kadang melihat orang yang suka bergandengan tangan, berciuman di depan umum, atau berangkulan di depan umum, bagaimana dengan perbuatan mereka jika sudah berada di dalam kamar atau di tempat yang sepi? Saya setuju bahawa perzinahan itu bermula dari pegangan tangan, sebagaimana judul berita Tribun Timur di atas. Remaja-remaja yang sudah tidak ragu lagi memegang tangan pecarnya, tidak segan-segan bergandengan tangan, itu adalah suatu perbuatan yang salah di sisi agama Islam. Tentunya kita boleh langsung berburuk sangka, akan tetapi indikasi perilaku mereka ke arah perzinahan sudah sulit untuk dibantah lagi.
Perilaku perzinahan sudah banyak terjadi di negeri ini. Bahkan melibatkan oknum pejabat dan anggota dewan, tidak terkecuali dari partai yang katanya berbasiskan agama Islam. Saya masih ingat seorang anggota dewan, ketika seorang artis menyebarkan vidio mereka sedang berzina. Padahal anggota dewan tersebut adalah mantan ketua umum organisasi kemahasiswaan Islam. Manalagi oknum dosen yang berzina dengan mahasiswanya untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Guru mengaji juga pernah dikabarkan memperkosa santrinya. Bahkan saya pernah mendapat kabar dari seorang teman yang layak dipercaya, bahwa ketika seorang karyawati pegawai sebuah bank, jika mau naik pangkat atau kedudukan, maka dia mesti melayani bosnya di bank itu. Perzinahan bisa diadakan di ruangan dalam bank atau di hotel. Dia juga menceritakan ketika seorang pramugari yang akan naik pesawat, mesti bersedia meladeni pilot memuaskan hawa nafsunya. Terhadap cerita ini, tentunya saya tidak boleh percaya seratus persen, namun dilihat dari pemberitaan media massa terhadap berbagai kasus perzinahan, tampaknya tersebut di atas bukanlah omong kosong saja.
Tidak hanya itu, oknum polisi maupun dokter, jaksa, guru, ustadz, sering dikabarnya berselingkuh atau tepatnya berzina. Contohnya dapat dilihat di sini:  http://makassar.tribunnews.com/2014/02/26/istri-oknum-polisi-beberkan-perselingkuhan-suaminya-ke-media Bahkan ada juga seorang hakim dan panitera pengadilan yang kedapatan berduaan dalam kamar. Walaupun ketika digeledah mereka masih berpakaian lengkap, namun sulit dibantah bahwa mereka sudah atau akan melakukan perzinahan. Demikian juga seorang hakim dan polisi, ketahuan berzina di hotel.
Saya sebenarnya miris juga melihat keadaan ini. Saya miris karena tidak mampu berbuat apapun untuk mencegah orang agar jangan berbuat zina. Lebih miris lagi, saya meyakini bahwa pemerintah Indonesia sendiri, mungkin merasa tidak prihatian dengan keadaan tersebut. Demikian pula tokoh-tokoh agama yang tergabung dalam organisasi Islam, tidak memperlihatkan satu tindakan nyata atau program kerja yang menjurus pencegahan perzinahan. Ormas Islam lebih sibuk mengurus sumbangan, membangun sekolah, ceramah, dan sebagainya. Memang itu tidak salah, tapi yang saya inginkan secara pribadi adalah mereka terjun langsung mencegah perzinahan dengan cara yang terukur. Misalnya di Malaysia, saya pernah melihat adanya kampanye lewat spanduk dan stiker agar orang tidak berzina. Kampenye ini dilakukan oleh badan keagamaan, lembaga bukan negara. Saya pikir ini merupakan salah satu contoh nyata yang patut ditiru.
Apa yang terjadi di negara ini? Sekitar dua tiga tahun lalu, Presiden SBY pernah membuat tim anti pornografi.  Saya berharap adanya tim ini dapat mencegah orang untuk berbuat zina, minimal meminimalisir. Namun kenyataan sekarang, tim yang dimaksud tidak kedengaran lagi, padahal masa jabatan SBY sebagai presiden akan segera berakhir.
Sebagai seorang pribadi yang beragama Islam yang saat ini menjadi seorang presiden di negeri ini, saya sebenarnya mengharapkan agar Pak SBY memiliki program nyata untuk memberantas perzinahan. Ya, paling tidak meminimalisir. Hanya memang kendala utama saya rasa adalah persoalan hak asasi manusia, yang menurut sebagian penggiat HAM, soal berzina adalah urusan pribadi, negara tak berhak mencampurinya. Ada juga yang mengatakan negara kita bukan negara agama, berzina adalah pelanggaran agama, tapi bukan pelanggaran aturan negara. Padahal kita ini adalah negara Pancasila yang menganut norma-norma kesusilaan.  Soal lain, mungkin pak SBY merasa itu tidak penting baginya. Namun demikian, kita berbaik sangka saja kepada pemerintah dibawah kendali Pak SBY, kiranya dapat memberikan memberikan kado buat bangsa Indonesia dengan membuat suatu gebrakan nyata untuk memberantas perzinahan. Ayo Pak SBY, berbuatlah, selamat rakyat Indonesia dari perbuatan hina ini!***

Bilik Mention Siswazah, Kampus UKM Bangi, 26-2-14 ba’da dhuhur.























































Post a Comment

0 Comments

close