About Me

Senangnya, Bersalaman dengan Perdana Menteri Malaysia



Pribadi yang Dingin dan Mesra
Bertemu dengan orang penting, merupakan kenangan tersendiri bagi setiap orang.  Demikian pula dengan saya. Tanpa diduga, saya dapat bertemu langsung dan berjabat tangan mesra dengan seorang pemimpin besar di jagat ini, Perdana Menteri Malaysia, Datuk Sri Mohd Najib bin Tun Haji Abdul Razak atau lebih populer  dengan nama Najib Razak. Saya merasa senang, karena dengan pemimpin Indonesia saja, saya belum pernah bersalaman. Paling banter saya melihat langsung Presiden Abdurrahman Wahid di stadion utama Senayan Jakarta tahun 2000 saat pembukaan Muktamar Muhammadiyah dan melihat langsung dari jarak dekat Presiden Megawati pada awal tahun 2001 di Baruga Sangia Seri Gubernuran Makassar. Tapi kepada keduanya, saya tidak pernah bersalaman.



Peristiwa ini terjadi di Masjid Pusat Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor Darul Ehsan, tanpa direncanakan. Sebagaimana biasanya, menjelang pukul 12 tengah hari, saya beranjak dari ruangan Koleksi Asia Tenggara Perpustakaan Tun Sri Lanang (PTSL), Bangunan Lantai 5 UKM, karena bel sudah bunyi dan lampu di ruangan itu sudah mulai dipadamkan. Sebab pada hari Jum’at, ruangan tersebut akan ditutup  untuk memberi kesempatan kepada stafnya untuk melaksanakan shalat Jum’at. Tiba di masjid UKM, keadaan masih sepi. Yang mengherankan saya, beberapa petugas keamanan (satpam) universitas yang berjaga-jaga di pintu gerbang kompleks masjid. Tapi saya tidak banyak terlalu ambil perhatian. Saya pikir memang akan ada tamu yang akan singgah di masjid shalat jum’at, karena tidak biasanya seperti itu.
Setelah itu, saya pergi ke bagian belakang masjid untuk makan siang. Biasalah, saya membawa bekal makan siang dari rumah. Waktu baru menunjukkan pukul 12 lewat lima menit. Jadi waktu jum’at masih lama, lebih satu jam lagi. Selesai makan, saya istirahat sejenak di beranda masjid. Pada saat itu sudah mulai berdatangan petugas kepolisian dari PDRM (Polisi Diraja Malaysia). Kepada seorang petugas masjid yang bernama Hambali (berasal dari Jawa Tengah), saya bertanya. Ada apa di sini banyak polis? Beliau mengatakan akan datang PM Malaysia.
Saya agak heran, karena saya lihat tidak ada persiapan yang mewah dan berlebihan. Beda dengan di Indonesia, kalau Presiden datang, tentu sekitar masjid sudah ramai umbul-umbul, spanduk, termasuk pasukan pengaman presiden sudah berkeliling di sekitar masjid, melakukan pemeriksaan di sana-sini. Tak lama setelah itu, saya lihat langsung dari dekat, datanglah Naib Canselor UKM, Prof Dato’ Dr Noor Azlan Ghazali bersama beberapa orang pengerusi UKM. Mereka menuju satu ruangan bagian belakang. Katanya untuk mengecek persiapan di ruangan bagian belakang. 


Kemudian saya berwudhu dan naik ke lantai II masjid, ambil shaf ke lima, tepat depan mimbar. Keadaan masih sepi. Lewat pukul satu tengah hari, beberapa anggota polisi masuk ke masjid mengambil shaf, duduk dan siaga ala kadarnya. Maksud saya tidak ada penjagaan yang mencolok. Beberapa menit kemudian, datanglah rombongan PM Najib ditemani oleh NC UKM. Saya tak melihat ada pengawalan ketat. Apakah ini karena berada dalam masjid? Najib lewat dari samping saya, kurang dari dua meter. Karena tidak ada orang yang berdiri, saya juga tidak berdiri. Semuanya biasa-biasa saja. Saya lihat Najib, yang merupakan anak daripada Toh Puan Rahah Mohamad Noah ini, dari jarak dekat melaksanakan shalat sunnah dua rakaat. Demikian juga rombongannya dan anggota pasukan pengamanan. Muazzin mengumandangkan adzan. Setelah itu Najib shalat sunnah lagi. Seterusnya khatib naik ke mimbar. Khutbah berlangsung kurang dari dua puluh lima menit. Tak ada protokol yang memandu atau melaporkan kedatangan PM. Hanya saja di sela-sela khutbah, sang khatib sempat menyinggung bahwa di tengah-tengah jamaah ada PM Najib. Khatib juga mengemukakan bahwa masjid UKM akan merenovasi karpet dan memasang AC, karena sudah 44 tahun usia masjid belum sempat direnovasi. Anggaran perbaikan mencapai RM 2 Juta atau sekitar RP 6 Milyar.
Selesai shalat jum’at dan berdoa, Najib kemudian shalat sunnah dua rakaat. Semua rombongan pun shalat sunnah. Hal ini saya kemukakan karena berbeda dulu pada tahun 2011, kedatangan Timbalan Perdana Menteri Malaysia Muhiddin Yasin, shalat Jum’at di masjid UKM. Setelah shalat dan berdoa, semua orang berdiri menyalami beliau jadi tidak sempat shalat sunnah. 

Nah, setelah selesai shalat sunnah, Najib dengan pengawalan seadanya melewati jamaah sambil memberi salam. Saya juga dengan cekatan maju ke depan dan mengambil barisan. Saya sudah siapkan hape kamera. Dan Alhamdulillah, sempat berjabat tangan dengan beliau, suami daripada Datin Sri Rosmah Mansor ini. Terasa dingin dan mesra. Saya tak menyangka akan dapat bersalaman dengan salah satu individu yang dalam pandangan saya, memiliki pengaruh luar biasa di jagat ini. Walaupun tak sempat saya berfoto bersama beliau, karena masih ada jamaah lain yang menunggu giliran untuk bersalaman, saya masih menyempatkan memfoto beliau dari jarak dekat, kurang dari dua meter.
Setelah itu, rombongan Najib dan NC UKM masuk ke ruangan di lantai bawah. Mungkin mereka istirahat sejenak atau mungkin juga makan siang. Berbeda dengan kedatangan Timbalan Perdana Menteri Muhiddin Yasin tahun 2011 lalu, semua jamaah yang jumlahnya ribuan diundang makan siang di pelataran masjid UKM. Hal ini dapat dimaklumi, kedatangan PM ke masjid UKM memang hanya untuk shalat Jum’at saja. Bukan kunjungan resmi atau melakukan acara penting. Yang saya dengar, beliau berkunjung ke suatu tempat tidak jauh dari kampus UKM. Karena bersamaan dengan hari Jum’at, maka untuk melaksanakan shalat Jum’at, dipilihlah masjid yang paling dekat, yaitu  masjid UKM.
Setelah selesai shalat Jum’at, masih di sekitar masjid, saya bertemu dengan Dedy, pelajar UKM dari Barru. Dia mengatakan kepada saya, bahwa sempat berbicara dengan PM dan memperkenalkan dirinya sebagai pelajar dari Bugis. Sebagaimana diketahui, bahwa Najib Razak adalah keturunan Bugis-Makassar. Oleh itu, di Makassar ada   jalan raya besar menuju kampus  UIN Alauddin Makassar dan tak jauh dari rumahku, yang diberi nama “Jalan Tun Abdul Razak”. Nama ini adalah untuk mengenang ayahanda Najib Razak, Tun Abdul Razak Datuk Hussein, yang merupakan keturunan Gowa.***

PHK Kajang, Lantai 5 Ba’da Subuh, 3 Mei 2014

 


Post a Comment

0 Comments

close