About Me

Keikhlasan Istri Tun Mahathir Mohammad


Setelah salat Isya, Kamis, 10 Mei 2018 adalah hari yang paling bersejarah bagi rakyat Malaysia bahkan umat manusia di seluruh dunia.
Oleh: Haidir Fitra Siagian
Dosen Komunikasi Politik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Seorang kakek yang berusia 92 tahun, dilantik kembali menjadi pemimpin satu negara industri yang sudah cukup maju. Ia adalah Tun Mahatir bin Muhammad, dihadapan Yang Dipertuan Agung, mengucapkan sumpah menjadi Perdana Menteri Malaysia periode 2018-2023. Pelantikan ini dilaksanakan setelah Komisi Pemilihan Umum Malaysia menetapkan koalisi partai politik, Pakatan Harapan, mendapat suara mayoritas dalam pemilihan umum ke-14 yang dilangsungkan sehari sebelumnya.
Ini menjadi perhatian dunia, terlepas dari dinamika politik yang terjadi, apa sebenarnya yang menyebabkan seorang Tun Mahatir Muhammad yang pernah buka warung jualan pisang goreng ini kembali turun gunung masuk ke dalam gelanggang politik? Padahal dia sudah pernah berkuasa menjadi Perdana Menteri selama 22 tahun? Kurang apa lagi? Tentu ini menimbulkan tanda tanya besar. Sebab pada umumnya, jika seorang ingin menjadi pemimpin, maka dia ingin berkuasa, memiliki pengaruh, harta, istri muda yang cantik, penghormatan, membangun citra, dan seterusnya. Kalau melihat Tun Mahatir, apakah dia masih menginginkan semua kepuasan dunia itu?
Sejatinya dalam usia seperti ini, sudah lazim dimana-mana, seseorang akan memanfaatkan sisa hidupnya untuk istirahat, rekreasi ke mancanegara, melakukan aktivitas sosial. Biasanya orang tua sering merawat cucu atau memerihara hewan dan tanaman di halaman rumahnya. Apabila dia seorang yang taat beragama, maka akan selalu beribadah mendekatkan diri kepada Tuhannya, karena sadar bahwa hidupnya tidak akan lama lagi.
Berbeda dengan Tun Mahatir Muhammad. Sejak meninggalkan kursi Perdana Menteri masa yang pertama tahun 2003, senantiasa aktif dalam bidang sosial, mendarmabaktikan hidupnya dalam bidang kemanusiaan. Beliau aktif sebagai pimpinan lembaga swadaya masyarakat yang mengkhususkan mencari donatur dan bantuan keuangan kepada rakyat Palestina. Jika kita pergi ke Malaysia, di berbagai sudut akan terdapat banyak spanduk atau papan reklame yang isinya himbauan kepada masyarakat agar membantu rakyat Palestina.
Ketika saya masih kuliah di Universiti Kebangsaan Malaysia, 2011-2015, sering mendapati kotak infaq sumbangan untuk rakyat Palestina di berbagai sudut kampus yang menampilkan gambar Tun Mahatir memakai syal dengan latar belakang bendera Palestina. Di Masjid Pusat Islam, UKM, juga sering ada brosur dan buletin tentang Palestina yang dipelopori yayasan beliau lengkap dengan nomor rekening, laporan keuangan, foto-foto ketika sumbangan itu sampai ke Palestina dan rencana tindak lanjut berikutnya.
Awal sekolah di UKM tahun 2011, saya pernah membaca sebuah buku tentang Tun Mahatir di Perpustakaan Tun Sri Lanang. Sayang sekali lupa judulnya. Antara lain isi buku itu menceritakan ketika Tun Mahatir menjadikan istrinya, Tun Dr. Siti Hasmah sebagai perisai kemanusiaan. Dia rela istrinya mati untuk menyelamatkan ribuan nyawa manusia. Ini adalah satu kesetiaan, kepatuhan, dan kecintaan kepada seorang suami dari seorang istri. Dimana ketika suami memerintahkan sesuatu, walaupun nyawa taruhannya, dilaksanakan.
Pada sekitar tahun 1991-1992, terjadi perang Teluk di kawasan Laut Tengah ketika Irak mencoba menginvasi Kuwait. Kemudian Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat mengepung Irak. Irak pun dijadikan zona larangan terbang. Tidak boleh ada pesawat yang akan ke Irak. Sementara itu terjadi krisis pangan, rakyatnya kelaparan akibat tidak ada pasokan pangan dari luar. Rakyat Malaysia atas himbauan Tun Mahatir, mengirimkan bantuan pangan untuk rakyat Irak. Kiriman tersebut diantar dalam satu pesawat khusus dari Kuala Lumpur.
Dijelaskan bahwa Tun Mahatir paham bahwa Amerika dan sekutunya sedang menerapkan larangan terbang ke Irak. Tun Mahatir tidak bergeming. Tetap saja mengirim bantuan tersebut. Ketika pesawat sudah hampir memasuki wilayah Irak, pilot mendapat peringatan dari pihak Sekutu, bahwa jika ngotot masuk, maka akan ditembak. Hal ini dilaporkan kepada Tun Mahatir. Mendapat laporan tersebut, beliau langsung menelepon Presiden Amerika Serikat, George Bush saat itu. Mengatakan bahwa pesawat tersebut, datang ke Irak adalah untuk membawa bantuan kemanusiaan. Jika Amerika dan sekutunya mau menembak pesawat itu, tembaklah. Tetapi di dalam pesawat ada istri saya, kata Tun Mahatir. Akhirnya, pesawat tersebut diperbolehkan mendarat di Irak.
Pada bagian lain buku tersebut juga diceritakan kisah Mahatir ketika pada tahun-tahun pertama menjalankan profesinya sebagai dokter di Alor Setar, sekitar akhir tahun 1950-an. Dia bekerja di pusat kesehatan milik pemerintah semacam Puskesmas. Sebagai dokter yang mengobati pasien, Mahatir merasa terlalu banyak aturan yang membuat dia tidak bebas melayani pasien, seperti tarif yang terlalu mahal dan pembatasan jumlah pasien. Akhirnya Tun Mahatir mengundurkan diri dari dokter pemerintah dan membuka klinik sendiri. Justru, setelah membuka klinik sendiri, maka semakin bertambahlah pasiennya. Pada tahun 1960-an, pasien yang terus bertambah terus menerus membuat Mahatir semakin terkenal. Inilah yang antara lain menjadi modal sosialnya untuk terlibat dalam bidang politik hingga menjadi anggota parlemen bahkan sampai menjadi Perdana Menteri. Wallahu’alam.***
Catatan :
Artikel ini telah dimuat pada Harian Fajar edisi Senin, 14 Mei 2018
http://fajaronline.co.id/read/49094/keikhlasan-istri-tun-mahatir-muhammad





Post a Comment

0 Comments

close