Masjid As Salam Wollongong, Komunitas Lebanon Dominasi Pengurusnya
Ini adalah masjid yang kedua yang saya datangi di Kota Wollongong. Berada di bagian pinggir kota dengan jarak sekitar 30 km dari rumah kami. Untuk bisa sampai ke sini mesti dengan dua kali naik bus. Pertama dari kampus Uow ke kota, gratis. Kemudian dari kota ke masjid ini dengan ongkos $1,5 atau sekitar lima belas ribu Rupiah.
Sebenarnya saya tak sengaja datang ke masjid ini. Kami mengantar putriku untuk mengikuti kompetisi Quran atau lomba hafalan tingkat anak-anak. Katanya memang diadakan di kompleks As Salam. Ternyata ini adalah masjid As Salam.
Masjid ini tidak berada di pinggir jalan poros. Dari halte bus perlu jalan kaki sekitar 700m ke sini. Saat tiba tadi, kelihatan tidak tampak bahwa ini masjid. Persis rumah biasa yang memanjang sesuai arah kiblat. Tapi kompleks ini sangat luas. Ada lapangan parkir dan lapangan bola. Ada juga taman-taman hijau. Walaupun luas, kompleks ini hanya ada dua bangunan. Yakni bangunan rumah yang jadi masjid ini dan bangunan di bagian belakang. Entah bangunan untuk apa itu. Mungkin gudang atau rumah pengurus.
Ketika tiba di depan masjid, terdapat empat orang setengah tua duduk-duduk depan masjid. Seolah sedang menyambut kami. Sebagian besar jamaah dan pengurusnya adalah muslim Lebanon yang sudah lama bermukim di Australia. Lalu kami dipersilahkan masuk. Waktu duhur sudah hampir tiba.
Pelaksanaan shalat duhur di sini hampir sama dengan di Indonesia. Dimulai azan duhur oleh seorang anak muda gondrong dengan suara merdu. Lalu shalat sunnat rawatib sebelum duhur. Shalat dipimpin oleh seorang imam setelah iqamah.
Setelah salam, semua berzikir dan doa masing-masing. Dua hal yang agak berbeda yang saya rasakan adalah setelah zikir dan doa, hampir tidak ada yang shalat sunnah rawatib setelah duhur termasuk pak imam dan pengurus lainnya. Kedua, cara duduk pada tahyat terakhir berbeda dengan kebiasaan di Indonesia. Mereka pada tahyat terakhir tetap duduk persis sama dengan tahyat pertama.
Kemudian di dalam masjid ini ada beberapa tenda tidur. Empat malahan. Jamaah tidur di sini setelah itiqaf dan tadarrus. Beberapa jamaah masih tinggal di masjid, baik yang sedang diskusi maupun yang tadarrus sendiri-sendiri. Beberapa anak-anak lari-lari dalam masjid kejar-kejaran sesama temannya.
Saya sempat berkenalan dengan seorang jamaah dari Indonesia. Dia menyahut saya karena melihat saya pakai peci hitam. Awalnya dia kira saya dari Malaysia, justru saya bilang dari Makassar. Namanya Pak Zakaria, asal Jakarta. Sudah bekerja dan menetap di Wollongong sejak 18 tahun lalu. Dia sudah berkeluarga dengan dua orang putri yang satu sudah sarjana dan satunya sementara tingkat akhir. Dia senang bertemu dengan saya dan mengajak ke rumahnya. Saya bilang nanti lain kali sambil menyerahkan kartu namaku.
Di sini, putriku sedang ikut giliran lomba hafalan Qur'an. Pesertanya hanya sekitar 15 orang karena sudah babak final. Dia lulus minggu lalu dari babak penyisihan. Panitia lomba mayoritasnya atau muslim keturunan Lebanon.
Kompetisi ini dilakukan secara tertutup dalam ruangan khusus. Tidak ada pendengarnya. Jadi saya tak bisa saksikan putriku ikut bertanding. Hanya panitia saja yang boleh masuk ruangan. Kami di suruh menunggu di dalam masjid.
Menurut rencana, pengumuman hasil kompetisi ini akan dilakukan nanti malam habis Isya. Kemungkinan kami tak akan hadiri. Karena jadwal bus pulang nanti dari sini sangat terbatas.
Wassalam
Haidir Fitra Siagian
Masjid As Salam Wollongong 01 Juni 2019 ba'da Ashar
0 Comments