About Me

Mencari Kota Mamuju dalam Peta Dunia


Mencari Kota Mamuju dalam Peta Dunia
Oleh : Haidir Fitra Siagian

Pagi ini saya diminta mengantar nyonyaku ke kampus University of Wollongong. Tidak seberapa jauh dari rumah. Jalan kaki enam hingga delapan menit saja, sudah sampai. Selama ini, jarang dia minta diantar ke kampus, apalagi kalau hari kerja. Kecuali hari libur, saya biasa temani belajar di ruang kerjanya.

Sengaja dia minta diantar karena telah menyiapkan makanan ringan ala Indonesia. Bubur kacang ijo dengan gula merah pakai santan. Walaupun dia masak di rumah, saya tak boleh atau tak sempat mencicipinya. Jadi saya tak tahu rasanya seperti apa. Tapi saya yakin pasti enak. Buatan nyonya haruslah diyakini enak.

Dia menyiapkan makanan ringan ini karena di kampus ada acara mahasiswa internasional. Sebagai Wakil Ketua PPIA Wollongong, mereka dan teman-temannya berpartisipasi dalam acara ini. Masing-masing ikatan mahasiwa dari berbagai negara, menyiapkan makanan khas dari negara asalnya. Termasuk dari Indonesia. Tadi sesampai di lokasi acara, sudah ada beberapa pengurus PPIA yang mengatur posisi berbagai jenis makanan dari daerah lainnya. Ada juga mahasiswa dari Jepang, Korea, Cina, dan beberapa negara Eropa. Setiap negara punya stand tersendiri.



Dalam acara ini, nantinya semua pengunjung boleh mencicipi makanan yang disediakan di stand masing-masing negara. Tentu gratis alias percuma. Saya jadi ingat ketika masih kuliah di UKM Malaysia beberapa tahun lalu. Ada juga acara seperti ini. Namanya "Pesta Juadah". Kami dari Sulawesi Selatan saat itu menyajikan coto Makassar, pisang ijo, dan lain sebagainya. Kita dari Indonesia, juara umum dalam acara ini. Jadilah lagu "Indonesia Raya" berkumandang di Dewan Gemilang, kampus UKM Bangi. Saat itu ada Basti Tetteng, Najmuddin M. Rasul, Aji Tono, Gunawan, Arif Murti Rozamurti, Fajrin, Khairi Suhud, Wahyuni Ismail, Muhlis Hadrawi, Ruslan Ramli, dan teman-teman lainnya. Yang tak boleh ketinggalan disebut adalah Ustadz Das'ad Latief, seorang pendakwah terkenal di Asia Tenggara asal Bungi, Pinrang.

Setelah mengantarkan makanan di atas, saya keliling berbagai stand negara lain. Saya sempat tertarik melihat peta dunia yang terpajang di dekat pintu masuk arena. Peta dunia ini, tentu cukup lengkap, dicetak di Australia tahun 2018. Pada bagian bawah, kepada para pengunjung, sengaja diminta untuk menulis kota asal masing-masing.

Tertarik ingin memperkenalkan kota asalku, ternyata sudah ada. Anggaplah saya berasal dari Medan Sumatera Utara. Seseorang telah terlebih dahulu menempelkan tanda bintang di situ. Saya tetap ingin berpartisipasi. Saya cari nama Kota Makassar. Ada tapi belum ada yang tandai. Lalu kutempelkan tanda bintang di atas tulisan Kota Makassar sebagai penanda. Karena nyonyaku sudah duluan keluar ruangan, menuju kelasnya untuk mengajar, saya coba bantu dia cari kota asalnya, Majene. Tak ada. Somba dan Malunda, tiada pula. Saya cari juga ibukota Provinsi Sulawesi Barat, Mamuju, pun tak ada.

Ini menjadi sesuatu yang ingin saya tanyakan. Mengapa belum ada nama Kota Mamuju dalam peta tersebut. Padahal Kota Mamuju menurut saya sudah sangat terkenal ke seluruh dunia. Termasuk ke Australia. Ternyata belum masuk peta dunia yang dicetak di sini. Selain Mamuju, dua ibu kota provinsi di Pulau Sulawesi yang belum masuk dalam peta dunia ini adalah Kendari dan Gorontalo.



Beberapa ibukota provinsi di Indonesia, pun belum masuk dalam peta ini. Hanya ibu kota provinsi di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa yang lengkap. Selengkapnya nama kota-kota besar atau kota yang cukup terkenal di Indonesia yang masuk di peta ini adalah sebagai berikut :

Sumatra : Banda Aceh, Medan, Pekan Baru, Padang, Jambi, Palembang, Bengkulu, Bandar Lampung.

Jawa : Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, Solo, Surabaya.

Lalu ada Denpasar di Bali, dan Kupang di NTT.

Kalimantan : Pontianak, Ketapang, Bandjarmasin, Balikpapan dan Samarinda.

Sulawesi : Manado, Palu, dan Makassar.

Papua : Manokwari dan Jayapura.

Selain itu, ada beberapa nama kota lain yang bukan ibu kota provinsi, tetapi masuk dalam peta ini. Yakni Raba di NTB, Fakfak di Papua, serta Ende di NTT. ***

Wassalam
Kampus UoW, 17.09.19

Post a Comment

0 Comments

close