Dari
Limbung untuk Muhammadiyah Berkemajuan
Oleh
: Haidir Fitra Siagian
Bagi
persyarikatan Muhammadiyah, Limbung, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, sekitar
21 Km arah Selatan Kota Makassar, adalah salah satu basis utama keberadaan
Muhammadiyah di Sulawesi Selatan. Hampir semua jenis amal usaha Muhammadiyah,
ada di Limbung. Beberapa masjid dan mushalla, perguruan atau sekolah dasar
mulai TK, PAUD, TK/TPA, hingga SLTA, panti asuhan, balai pengobatanpembinaan
keluarga sakinah, amal usaha bidang ekonomi, dan lain-lain. Baik yang dikelola
langsung oleh Muhammadiyah, Aisyiyah maupun organisasi otonomnya. Berbagai amal
usaha tersebut berkembang dan turut memberi arti masyarakat sekitarnya. Bahkan
salah satu amal usahanya, yakni SMP Muhammadiyah Limbung, menjadi salah satu
sekolah favorit di Sulawesi Selatan.
Bukan
hanya amal usaha Muhammadiyah, sumber daya anggota Muhammadiyah di Limbung juga
sangat bagus, dari dulu hingga sekarang.Dedikasi dan loyalitas kader-kader
Muhammadiyah jangan lagi diragukan. Setiap ada perhelatan atau kegiatan
Muhammadiyah, baik tingkat Daerah maupun Wilayah, mereka selalu memberikan
partisipasi terbaiknya. Bukan hanya sebagai pembicara atau peserta semata,
bahkan mereka membawa hasil bumi seperti sayur-sayuran untuk peserta acara. Ini
tidak berlangsung sekali-dua kali, bahkan sejak puluh tahun lalu.
Jika
ingin melihat kader Muhammadiyah di Sulawesi Selatan, salah satunya adalah di
Limbung. Pengkaderan yang dilakukan organisasi otonomnya berjalan dengan baik
dan terus-menerus tiada henti. Boleh dikatakan tiada pekan tanpa menyanyikan
lagu “Sang Surya” dalam acara pembukaan kegiatan Muhammadiyah. Demikian pula
dengan tindak lanjut dari pengkaderan tersebut, dikelola dengan amat rapi. Maka
tidak heran jika terdapat cukup banyak pengurus Muhammadiyah maupun Ortomnya
baik tingkat Kabupaten Gowa maupun
Sulawesi Selatan selama ini, berasal dari kader Limbung. Di antara yang bisa
saya sebutkan adalah alm. KH. Zainal Abidin Siga, kandidat penerima penghargaan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang baru saja berpulang ke rahmatullah. Satu lagi
adalah ustadz Amiruddin Bakri, seorang muballigh yang malang melintang
mengemban dakwah di berbagai pedalaman di Sulawesi Selatan.
Organisasi
otonom Muhammadiyah dan amal usaha Muhammadiyah senantiasa melaksanakan
penguatan sumber daya manusia. Pengajian rutin di masjid-masjid dan mushalla,
pembinaan ibu rumah tangga dan remaja putri melalui majelis taklim, juga pendidikan
taman kanak-kanak Al Qur’an dan pendidikan anak usia dini. Ada pula Tapak Suci
Putera Muhammadiyah yang melatih fisik dan mental remaja-remaja Muhammadiyah.
Di Limbung, semua terdapat dan berjalan dengan baik. Papan nama organisasi
dipasang di pinggir jalan, bukan hanya sekedar pajangan. Itu identitas resmi
yang menandakan berlangsungnya gerakan dakwah dan berkembangnya kinerja
dinamika organisasi. Dengan demikian, paham keagamaan Muhammadiyah di Limbung,
boleh dikatakan sudah hampir membumi, kecuali dalam beberapa kalangan dari
aspek tertentu. Dan inilah salah satu yang menjadi tantangan berat Muhammadiyah
Limbung.
Saya
pribadi mulai bersentuhan dengan Muhammadiyah Limbung pada awal tahun 2000.
Ketika itu menjadi instruktur TM III Ikatan Remaja Muhammadiyah se-Indonesia
Timur yang dipusatkan di kompleks Perguruan
Muhammadiyah Limbung. Turut menjadi instruktur adalah saudaraku Hilman
Latief, pengurus PP IRM kala itu dan sekarang menjabat sebagi Wakil Rektor III
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Saya ingat seorang pengurus Muhammadiyah
yang sudah sangat tua dengan penuh semangat dan loyalitas yang tinggi, datang
membawa dua termos plastik besar. Isinya adalah es cendol yang dibuat oleh
istrinya. Dia datang dan mengangkat sendiri menenteng dua termos tersebut. Katanya
untuk peserta pelatihan, yang akan menjadi kader-kader Muhammadiyah. Persinggungan
terus berlanjut hingga saya menjadi Sekretaris Majelis Dikdasmen Muhammadiyah
Sulawesi Selatan sampai bulan Mei 2019 lalu yang banyak mengurusi
sekolah-sekolah Muhammadiyah termasuk yang ada di Limbung.
Pada
hari ini, mata warga Muhammadiyah seluruh Indonesia sedang terpusat ke kawasan
penghasil sayur ini. Ini karena Muhammadiyah Limbung mendapat kesempatan
istimewa dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Melalui Lembaga Pengembangan Cabang
dan Ranting, menjadi tuan rumah perhelatan “Cabang Ranting Muhammadiyah (CRM) Expo 2019”, yakni acara
yang menampilkan karya dan program dari pengurus Cabang dan Ranting
Muhammadiyah seluruh Indonesia.
Dalam
perspektif Persyarikatan Muhammadiyah, Ranting adalah jiwa atau ruh organisasi,
karena di sinilah sesungguhnya keberadaan warga yang menjadi lahan dakwah
Muhammadiyah. Jika dalam administrasi pemerintahan, Ranting itu setingkat
dengan Desa atau Kelurahan. Bahkan dalam konteks tertentu, dalam satu desa atau
kelurahan, boleh terdapat lebih dari satu Ranting. Misalnya di Kelurahan Samata
Gowa, terdapat dua Ranting, yakni Ranting Samata dan Ranting Bakung. Cukup
terdapat lima belas orang warga Muhammadiyah, sudah dapat mendirikan satu
Ranting. Selain di dalam negeri, terdapat pula Ranting Istimewa Muhammadiyah di
luar negeri, seperti PRIM Sydney Australia. Ini dimaksudkan untuk menghimpun
kader-kader Muhammadiyah yang ada di luar negeri baik yang sedang sekolah,
bekerja, maupun yang sudah menjadi warga negara, agar tetap berada dalam
semangat bermuhammadiyah.
Sebagai
ruh gerakan persyarikatan, Ranting memiliki kedudukan yang sangat penting.
Selain harus mengelola amal usaha, minimal sekali dalam bentuk pengajian
bersama, Ranting juga harus memerhatikan keberadaan anggotanya. Dengan kondisi
seperti inilah, pembinaan Ranting sangat perlu. Menghidupkan Ranting, tidak
kalah pentingnya menjadi pengurus Muhammadiyah tingkat Daerah, Wilayah atau
Pusat. Itulah sebabnya, mengapa mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
Prof. Din Syamsuddin, pada periode ini, bersedia menjadi Ketua Ranting
Muhammadiyah di kawasan Pejaten Elok Jakarta. Sesuatu yang cukup langka bagi
kalangan pimpinan yang sudah pernah berada di tingkat yang lebih tinggi.
Mengurus
Ranting bukanlah sesuatu yang tidak bergengsi. Justru seharusnya kader-kader Muhammadiyah
yang sudah berada di level atas, demikian juga mereka yang sudah memegang
jabatan pada amal usaha Muhammadiyah semisal kepala bagian di rumah sakit
Muhammadiyah atau wakil dekan di lingkungan
PTM/A, perlu turun langsung membina Ranting. Karena pembinaan Ranting pada
akhirnya juga akan menjadi penopang keberadaan amal usaha Muhammadiyah. Jangan
sebaliknya, aktif membina amal usaha, tetapi enggan mengurus Ranting. Justru
harus diselaraskan, mengurus amal usaha memajukan Persyarikatan.
Warga
Muhammadiyah dimanapun berada mesti kembali mengurus Ranting. Baik yang sudah
menjadi politisi, akademisi, petani, pengusaha, buruh, dokter, insinyur,
peneliti, maupun mereka yang bergelut di bidang usaha lainnya, kembalilah ke
Ranting. Semangat bermuhammadiyah mesti digelorakan dan ditumbuhsuburkan
melalui kegiatan-kegiatan tingkat akar rumput. Sebab di inilah hakikat
berdirinya organisasi ini. Hal ini pulalah yang menjadi makna penting
diadakannya “Cabang Ranting
Muhammadiyah Expo 2019” di Limbung ini. Menggerakkan roda organisasi mulai dari
tingkat bawah demi mewujudkan gerakan Muhammadiyah yang berkemajuan. Selamat
untuk Muhammadiyah Limbung dan LPCR PP Muhammadiyah.
Haidir Fitra Siagian, PhD, Dosen UIN Alauddin Makassar, tinggal di Gwynneville, Wollongong, New South Wales, Australia
Artikel ini sudah pernah dimuat pada :
0 Comments