Pesan
Kegembiraan dalam Gaun Aisyiyah
Oleh
: Haidir Fitra Siagian
Tepat satu minggu yang lalu, Rabu, 27 Nopember 2019,
ibunya anak-anak, Nurhira Abdul Kadir, menjalani Research Proposal Review/ RPR,
yaitu seminar proposal penelitian disertasinya pada School of Health and Society,
the University of Wollongong, dalam bidang kesehatan masyarakat di Building 67 UoW Main Campus, Wollongong. Kampus
ini berjarak sekitar 95 Km dari pusat Kota Sydney, New Soth Wales, Australia.
Dia mengambil judul penelitian yakni "Medical
educators' attitudes, beliefs, and practices of public health teaching in
Indonesian medical schools after the implementation of the Dokter Layanan
Primer education program". Beliau akan meneliti tentang bagaimana seluk
beluk dan perkembangan program pendidikan kesehatan masyarakat yang diajarkan
oleh para dosen Fakultas Kedokteran di berbagai universitas di Indonesia. Kami
tentu sangat bersyukur, karena setelah mempersiapkan proposal satu tahun, dia
dapat lalui seminar dengan nilai yang sangat menggembirakan yakni high quality.
Di universitas luar negeri, seminar proposal
disertasi harus dilaksanakan dengan serius, bukan hanya sekedar seremonial
belaka. Justru sangat penting dan menegangkan. Penting karena tahapan ini
adalah ujian apakah penelitian yang diajukan oleh seseorang layak diajukan
diluluskan penelitian tingkat S.3, atau harus turun tingkat dan dikategorikan
hanya setingkat S.2, atau tidak layak sama sekali dan tidak dapat melanjutkan pendidikan
S.3-nya. Jika mahasiswa lulus seminar proposal, dia berhak menyandang gelar
“kandidat Ph.D.”. Dikatakan menegangkan karena tidak semua mahasiswa dapat
melaluinya dengan baik, bahkan ada yang tidak berhasil.
Seseorang dapat gagal dalam seminar proposal
disertasi karena berdasarkan hasil penilaian tim penguji, dia tidak memiliki
kualifikasi akademik sebagai mahasiswa program doktor. Tentu ini berdasarkan
penilaian yang objektif berdasarkan proposal yang disajikan. Saya ingat ketika
mengambil sekolah di Malaysia, seorang mahasiswa internasional, gagal dalam
ujian proposal, karena ketahuan bahwa sebagian besar proposalnya adalah
plagiasi. Ada juga yang gagal karena lain yang ditanya oleh penguji, lain pula
yang dia jawab, padahal saat presentasi, pembawaannya cukup meyakinkan.
Alhamdulillah, kelulusan beliau dalam seminar
tersebut tentu bukan semata karena ilmunya. Kami yakin itu adalah hidayah dan
rahmat Allah swt. Pun tidak lepas dari kedua orang tua kami, baik yang ada di
Somba Sulawesi Barat, maupun di Sipirok Sumatra Utara. Juga saudara-saudara,
famili-handai tolan, sahabat sahabat, serta kerabat.
Ada yang cukup berbeda pada saat dia membawakan
presentasi proposalnya. Di hadapan dua orang penguji, dua orang pembimbing,
satu orang panitia mewakili universitas dan mahasiswa baik lokal atau internasional
dari berbagai negara, ibu tiga orang anak ini, memakai baju yang tidak biasa. Gaun
berwarna hijau dengan kaligrafi yang dipadukan warna kuning dan hitam. Ini
adalah pakaian resmi Aisyiyah, organisasi perempuan yang berada dalam naungan
Persyarikatan Muhammadiyah.
Bagi kami pemakaian gaun itu sebenarnya tidak
bermaksud apa-apa. Sebab di sini, soal pakaian tidak menjadi aturan
universitas. Yang penting sopan menurut ukuran masing-masing. Bahkan orang di sini
banyak yang berpakaian, yang dalam ukuran orang Indonesia, kategori kurang
pantas, meski dalam forum yang resmi.
Di sini tidak. Pokoknya berpakaianlah sesuai dengan
keinginan masing-masing. Yang penting tidak mengganggu orang lain, itu saja
ukurannya. Bagi ibunya anak-anak, seminar proposal adalah salah satu momen yang
amat istimewa, sehingga pakaian yang dipakaipun haruslah yang istimewa.
Menurutnya, pada saat ini, pakaiannya yang paling
istimewa adalah seragam Aisyiyah. Pakaian Aisyiyah mewakili rasa terima kasih
kepada demikian banyak pihak yang telah berjasa mendidik beliau, ayah, ibu,
mertua, saudara dan teman-teman serta organisasi yang memberi ruang bakti
kepada masyarakat. Semua diharapkannya hadir dalam satu momen istimewa, salah
satu momen penentu ‘hidup-mati’ dalam pendidikan doktoral. Jadilah dia
menghadiri seminar itu dengan tampil percaya diri dan berhasil meyakinkan para
panelis.
Nyonyaku adalah dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Negeri Alauddin yang sedang tugas belajar di sini. Ketika
masih di Makassar Sulawesi Selatan, beliau adalah salah seorang anggota bagian
advokasi Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulawesi Selatan dibawah pimpinan Prof.
Aisyah Kara, Ph.D.
Sebenarnya selama hampir dua tahun menjadi pengurus,
tahun 2006-2008, sebelum berangkat sekolah ke sini, dia tidaklah terlalu aktif.
Hanya beberapa kali ikut rapat, pengajian dan menghadiri acara mewakili
organisasi. Sejak kecil beliau sudah mendapat pendidikan tentang Muhammadiyah
dari ayahnya. Bahkan ibunya adalah pernah menjadi pengurus Aisyiyah di Somba Majene puluhan
tahun lalu. Ibu mertuanya (ibu saya) juga adalah aktivis Asyiyah di Sipirok.
Dua orang kakak iparnya juga aktif Aisyiyah di Sipirok. Lengkaplah sudah bahwa dia
merasa bagian yang tidak terpisahkan dari Aisyiyah.
Setelah selesai seminar, saya mencoba menyampaikan
berita gembira ini kepada teman-teman melalui laman media sosial. Saya sudah
berusaha menulis kalimat yang sederhana dan tidak muluk-muluk. Ternyata
sebagian besar tanggapan teman-teman bukanlah terhadap selesainya dia
membawakan presentase proposal, justru mereka lebih antusias menanggapi gaun
yang dipakai.
Tentu sebagai sahabat, mereka senang dengan lulusnya
dalam ujian proposal ini, tetapi lebih lengkap lagi kegembiraan itu karena ibunya
anak-anak dalam ujiannya menggunakan pakaian Aiysiyah. Pakaian yang menurut
mereka, sesuatu yang tidak biasa. Pakaian yang menjadi identitas organisasi.
Pakaian yang menjadi kebanggaan setiap kader Aisyiyah. Pakaian yang menjadi bukti
peneguhan hati seorang perempuan yang berdakwah dalam naungan Persyarikatan
Muhammadiyah.
Pada kesempatan ini, saya ingin mendokumentasikan
kegembiraan teman-teman. Ada perasaan gembira, ada yang terharu, dan ada yang
mengaku sempat menangis melihat kebesaran baju Aisyiyah dipakai dalam seminar
di luar negeri. Berikut ini saya ingin tampilkan tanggapan dan kegembiraan
mereka yang disampaikan melalui media sosial, facebook dan group whatsApp:
1)
Nurhayati
Azis (Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulawesi Selatan) :
“Selamat
dan Sukses yang luar biasa lengkap dgn baju Aisyiyahnya, bisa kirim nama
lengkapnya dhe 👍👍👍”.
2)
Mashadi
(Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Sultan Amai Gorontalo):
“Subhanallah
busana Aisyiyah👍👍👍”.
3)
Sayyudatul
Lutfiah :
“Subhanallah
sampai meneteskan air mata terharu kanda nurhira dengan busana aisyiyahnya
tampil dengan smart. Selamat kandaku...”.
4)
Hilman
Latief (Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) :
“Kerennn
abiss”.
5)
Imah Kastolani (Ketua
Pimpinan Pusat Aisyiyah, Yogyakarta) :
“Ya Allah saya bangga istrimu berbaju seragam nasional
'Aisyiyah. Sama dgn ibu. Ini aku sedang di kantor PWA Makassar”.
6)
Hamdana Dahlan (Ketua Pimpinan
Daerah Aisyiyah Kota Makassar) :
“Alhamdulillah… semoga
dilancarkan“Alhamdulillah… semoga dilancarkan penelitianx dan sukses sll
penelitianx dan sukses sll bersama anak2. Masya Allah… tampil dengan baju
kaligrafi Aisyiyah”.
7)
Hidajah Ide Said (Dokter Ahli Jiwa, Aktifis Aisyiyah kota Makassar) :
“Selamat ya dr Nur
Hira, semoga dilancarkan hingga selesai,
btw bajunya keren....😍😘”.
8)
Nurcaya
Djamal:
“Selamat kanda. Akademik
sukses. Dakwah dengan Style Aisyiyahnya semoga berkah Amin YRA. Sy sepakat dengan gaun Nya tampil pada
moment ini nuansanya
akademik,intelek,agamawan 👍”.
9)
Hidayah Quraisy (Sekretaris Pimpinan Wilayah
Aisyiyah Sulawesi Selatan):
“Mantap perempuan
berkemajuan. Matahari 'Aisyiyah bersinar di seantero dunia. Salam dari bu
Shoimah pak Fitrah. Beliau di Makassar dlm acara TOT tkt Regional GACA (Gerakan
'Aisyiyah Cinta Anak)”.
10)
Hasniar Basra (Guru
SMA Negeri 1 Sinjai Timur Kabupaten Sinjai) :
“Fokus pada kostumnya, hehe luar biasa. Hidup
Aisyiyah. Cerdas memang. Kader andalan. Hehehe”.
11)
Rosmawala
Dewi (Dosen Politani Negeri Pangkep, PhD Univ. Melbourne)
“Bajunya
jempol tiga”.
12)
Amirah
Mawardi (Dosen FAI Unismuh Makassar) :
“Alhamdulillah,
baju kaligrafi menjadi saksi sejarah.Sukses dek Hira dan dek Fitrah”.
13)
Sahaliah
:
“Ya Allah baju
kebesaran.. Aisyiyah”.
14)
Abdul
Hafid Paronda:
“👍👍👍 May Allah swt bless you to get the best achievement. Horas bah 🙏👌👍. Bravo IMM ✅💪👏”.
15)
Yamin
Ahsan (Pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo):
“Selamat dan
sukses bang HFS..Baju Aisyiyahx turut
mendunia..”.
16)
Rohana
Khattab :
“Alhamdulillah
sukses selalu... Senang liatnya apalagi baju Aisyiyah yg dipakai...mantap😍”.
17)
Ela-Ela
“MasyaAllah
...barakallah kaka, semoga dimudahkan hingga akhir proses penyelesaian. Keren
syiarnya kak”.
18)
Suhaeni
Adnan
“Mantap pake
baju Aisyiyah. Terbukti ibu2 Aisyiyah perempuan berkemajuan”.
19)
Hasniaty:
“Subehanallah....hax
bisa terharu liatx. Selamat kk dr. Hira”.
20)
Farzani :
“Alhamdulillah,baju kebesaran Aisyiyah”.
21)
Mahirah Pababbari (Pengurus
Pondok Pesantren Ummul Mukminin Aisyiyah Sulawesi Selatan) :
“'Aisyiyah ada di manamana ❤😊” dan “bangga dgn baju 'Aisyiyah ❤”.
22)
Andi Syahraeni (Dosen
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar):
“Subhanallah sikaligrafi👍”.
23)
Hijrah Basri
:
“MasyaAllah kanda dokter, kostumnya inspiratif bingits”.
24)
Syahriana Rinjas
“Selamat Kanda . . . Bajunya keren Kanda . . .tetap
menggunakan baju kebesaran Aisyiyah”.
25)
Hidaya Mushlihah (Pegawai
Pemda Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara) :
“Alhamdulillah wa barakallah
ilaik...luar biasa fokus ke baju Aisyiyah”.
26)
Mira Pasolong (Penulis,
Guru, Aktifis Aisyiyah Provinsi Sulawesi Barat)
“Sy fokus ke bajunya.. hehe.
Congratulation, Dek Nur
Hira”.
27)
Hana Hab Hana
:
“Mira
Pasolong: sy juga fokus ke bajunya❤️”.
28)
Firda Djafar (Dosen
Prodi Kebidanan UIN Alauddin Makassar) :
“Ya, bajunya ...... “.
29)
Andi Rahmatiah :
“Subhanallah sekalian perkenalkan bj
kebangaan ibu Aisyiyah Muhammadiyah dibnegeri orang sukses terus dinda”.
30)
Yasser Fedayyen :
“Keren, ibu Aisyiah”.
31)
Rosnawati :
“keren kak👏. cantikx dgn batik Aisyiyah 😊”.
32)
Rifki Abror Ananda (Dosen
IAIN Padang Sumatra Barat) :
“Aisyiyah itu keren”.
33)
Salman Lubis :
“semakin cerah dengan logo bajunya,mantap”.
34)
Abd Kadirs :
“selamat n.sukses.....the good
presentation...pha lg dgn setelan baju aisyiyah.....👍👍👍🙏🙏🙏”.
35)
Siti Aisyah (Ketua Lembaga Advokasi
Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulawesi Selatan/mantan Wakil Rektor III UIN Alauddin
Makassar) :
“❤️❤️pakai baju Aisyiyah ya...”.
36)
Saleha Deddy (Dosen Prodi Kebidanan UIN Alauddin Makassar) :
“Siti Aisyah kereen tawwa bunda Prof, mbawa almamater kebesaran
Aisyiyah 👍👍😍😍”.
37)
Mardiana Mursang :
“Subhanallah,,, sehat dan sukses ki
selalu kanda sekeluarga. Saya suka sekali gaunnya”.
38)
Rustam Efendy Rasyid (Dosen Universitas Muhammadiyah Sidrap) :
“Saya terkesan dg baju batiknya...
Sungguh Aisyiyah sejati. Selanat kakak.... Semoga lancar segala urusan. Amiin”.
39)
Umi Rahmi
“Masya Allah....”.
40)
Istiqamah De Lamada (Kader
Aisyiyah asal Enrekang, tinggal di Banjarmasin Kalimantan Selatan) :
“Barakallah semoga manfaat dunia
akhirat.. Busana kebesaran 😍”.
41)
Mahli Zainuddin Tago (Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) :
“Congrats. Yassarallaahu fii kulli
urikum. SeragaAm Aisyiyah nampaknya mulai mendunia...”.
42)
Samsul Bahri
Alhamdulilah semoga ilmunyaberkah
dengan baju aisyiayahnya
43)
Tanti Hamid (Dosen
Universitas Muhammadiyah Sidrap) :
Alhamdulillah...,selamat semoga
semuanya dilancarkan. Sukses selalu bangga dg baju hijau.....
“Keren kk”
45)
Kemal Eden Malinta (Pengurus
Muhammadiyah di Palopo) :
“Salut 👏👏”.
“Masyaallah saya fokus sama bajunya
ibunda ,ibu Aisyiyah luar biasa berkemajuan”.
47)
Subehan Khalik (Dosen
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar) :
“Saya suka batik hijau yg dikenakan
ibu dlm ujian proposal kali ini. Sebuah pengakuan jujur bahwa belaiu adalah
Aisyiyah sejati. Islam agamaku Muhammadiyah gerakanku”.
48)
Nurmi Majid Mymy:
“Alhamdulillah.. Selamat smg ilmux
kelak jd amal jariah.. Wah bangga melihatx ujian dengan memakai baju kebesaran
kita”.
Membaca komentar-komentar
dalam media sosial di atas, sehingga jika disandingkan akan ada benarnya isi ceramah almarhum K.H.
Baharuddin Pagim, mantan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan
periode 2005-2010, ketika penulis mendampingi beliau selama lima tahun. Dalam
berbagai forum Pak Kiyai mengatakan bahwa dalam Muhammadiyah (tentu juga dalam
Aisyiyah), kita harus saling menggembirakan. Membuat warga menjadi gembira
dengan keberadaan kita sebagai pengurus Muhammadiyah, dengan berbagai cara,
upaya dan program kerja. Ternyata memakai baju Aisyiyah dalam seminar proposal
disertasi di luar negeri, pun, dapat membuat hati warga Muhammadiyah dan
Aisyiyah menjadi senang, berbinar, terharu, bahagia.
Wollongong, 3
Desember 2019 ba’da Ashar
0 Comments