About Me

Lelaki Tangguh dari Dompu



Alm. Arfan Rauf, Lelaki Tangguh dari Dompu
Oleh : Haidir Fitra Siagian

Artikel ini akan dimulai dengan terlebih dahulu menceritakan "pertengkaran" saya dengan nyonyaku. Kemarin saya membaca status dalam media sosial tentang meninggalnya seorang staf Unismuh Makassar, kakanda Drs. Arfan Rauf, M.Pd. Innalillahi wainna ilaihi rajiun.

Berita ini saya beritahu nyonyaku dan diapun  mengirimkan doa kepada almarhum. Lalu dia meminta saya menuliskan biografi tentang almarhum. Saya bilang tidak ada yang kuingat. Lantas nyonyaku sedikit "naik pitam". Justru orang seperti ini yang harus dituliskan jasanya, jangan hanya orang besar, katanya dengan sedikit muka masam.

Pokoknya tulislah apa yang abang ingat, katanya. Dengan cara inilah kita dapat memberi sedikit hiburan kepada keluarganya, karena kita tak dapat hadir langsung melayat almarhum, tambahnya lagi.

Hampir dua puluh empat jam saya belum tahu apa yang akan saya tulis tentang almarhum. Hingga subuh ini, sepulang dari Masjid Omar Wollongong, barulah saya ingat beberapa hal tentang almarhum.

Tentang apa yang  diingat tentang almarhum Drs. Arfan Rauf, M.Pd, akan saya tulis beberapa poin:

1. Saya sudah berinteraksi dengan almarhum pertengahan tahun 1990an. Beliau staf di Unismuh Makassar dan saya staf di Kantor PWM Sulsel. Beliau termasuk staf yang sangat loyal kepada Unismuh, meskipun gajinya sangat-sangat rendah. Hampir sama dengan saya, sekitar Rp, 20.000, per bulan. Beliau seperjuangan dengan staf Unismuh lainnya: Kak Muhammad Ilyas, Bang Bakri Salempang, Bang Sangkala, dan Pak Harun.

2. Sebagai sesama staf, dia biasa datang ke kantor PWM Sulsel untuk mengantar surat dari Unismuh. Naik pete-pete dari Talasalapang, lalu jalan kaki hingga ke Lompobattang. Biasa juga menelepon saya untuk menanyakan beberapa hal terkait dengan urusan organisasi.

3. Pada periode kepemimpinan KH. Djamaluddin Amien sebagai Ketua PWM Sulael 1995-2000, beliau duduk sebagai Wakil Sekretaris Badan Pembinaan Kader (BPK) bersama Bang Kamaruddin Moha sebagai ketua.

4. Suatu ketika, akhir tahun 1990an, ada tim instruktur IMM yang akan ke Jakarta mengelola DAP yang diadakan pengurus DPP IMM. Karena kesulitan dana, instruktur ini meminjam uang kepada beliau sebesar Rp 600.000,00 untuk membeli tiket ke Jakarta, dengan perjanjian akan diganti setelah kembali.
Ternyata hingga beberapa bulan, uangnya belum diganti. Kemudian  saya pernah membaca surat kepada PWM Sulsel agar membayarkan uang almarhum tersebut. Sampai saat ini saat ini, saya tak tahu persis apakah uang ini sudah diganti atau belum. Jika sudah, alhamdulillah. Jika belum, sebaiknya pihak terkait mengambil perhatian.

5. Saya sudah tidak ingat lagi kapan persisnya bertemu dengan almarhum. Benar-benar saya lupa. Padahal saya sering ke Unismuh, mungkin sering bertemu tapi tak ingat lagi. Yang jelas pada tahun 2003 beliau masih sempat menghadiri walimah pernikahan saya di Auditorium Al Amien Unismuh Makassar.

Dalam pengamatan saya dulu, almarhum adalah sosok yang sangat loyal kepada pekerjaannya. Lelaki tangguh dari Dompu ini telah berhasil menaklukkan Makassar. Merantau dan kuliah di Unismuh. Beliau salah satu orang yang mahir mengoperasikan komputer di Unismuh. Juga merupakan salah satu staf yang turut merasakan pahit getirnya bersama Pak Kiyai mengelola dan membangun Unismuh pada masanya.

Almarhum adalah kelahiran Dompu Nusa Tenggara Timur 51 tahun lalu. Kembali menghadap Sang Pencipta kemarin di Gowa Sulawesi Selatan. Meninggalkan seorang istri dan seorang anak. Insya Allah, husnul khatimah.

Wassalam
Haidir Fitra Siagian
Keiraville, 01.02.20

Foto : Istimewa

Post a Comment

0 Comments

close