Mutiara dari Sinjai
Oleh : Haidir Fitra Siagian
Selama dua hari kemarin, saya berada di Kabupaten Sinjai, tepatnya di Kecamatan Sinjai Timur. Tujuan utama saya ke sana adalah mewakili panitia KKN UIN Alauddin untuk membawakan biaya hidup mahasiswa KKN tahap kedua. Disamping itu adalah memantau keadaan mereka, baik dari aspek kesehatan, ketentraman juga pelaksanaan program kerja.
Satu hal lagi adalah membantu mencarikan solusi atas permasalahan yang dihadapi selama tiga minggu berada di kampung dan berinteraksi dengan masyarakat.
Dari tiga belas posko KKN, semua saya datangi satu per satu. Sebagian besar saya bertemu dengan kepala desa atau ibu desa selalu tuan rumah. Juga pak camat dan ibu camat. Sebagian lainnya tak sempat ketemu karena tidak berada di tempat.
Para mahasiswa bimbinganku yang kutemui tanpak sehat wal afiat. Ada yang sakit tapi sudah sembuh. Bahkan ada yang sempat dibawa berobat ke rumah sakit. Ya, waktu saya datang, sudah baik. Seorang yang sakit bisul selama beberapa hari, pas saya datang, sembuh. Buktinya dia tak mau ketinggalan ikut ke pantai sekadar foto-foto.
Umumnya program kerja mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar di Kecamatan Sinjai Timur sudah berjalan dengan baik. Utamanya adalah mengajar di sekolah, membina TK/TPA dan Majelis Taklim. Juga khutbah jumat di berbagai masjid. Di samping itu sering pula diajak pak desa menghadiri acara pengantin.
Jika tidak ada halangan pada 29 Maret 2019 nanti, akan diadakan festival anak saleh tingkat kecamatan. Menurut jadwal, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag akan menghadiri sekaligus membuka acara. Insya Allah.
Setelah semua tugas dilaksanakan, saya pun balik ke Makassar atau Bakung Samata Gowa. Alhamdulillah sudah tiba di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari Sinjai lewat Malino. Tadi berangkat dari Tellu Limpoe pukul 10 pagi tiba pukul 7 malam.
Saya sempat singgah shalat Jumat di Sinjai Barat dan menghadiri pernikahan teman di Tombolo Pao Kab. Gowa. Setelah itu istirahat sejenak di Kota Bunga, Malino.
Perjalanan lewat Sinjai Tengah dan Sinjai Barat sangat menyenangkan. Selain pemandangan yang sangat indah, juga suasananya yang tenang dan damai. Sepanjang jalan menikmati keindahan Indonesia.
Areal sawah yang baru menghijau dan pepohonan yang begitu rindangnya. Belum lagi pemukiman dan kebun penduduk di lembah sana. Gunung yang menjulang tinggi di sebelah kiri.
Oh ya, bagi yang baru melewati jalan tersebut, haruslah ekstra hati-hati. Jalanannya memang relatif sepi dan cukup bagus, aspal mulus walaupun di beberapa titik ada yang rusak. Itupun tidak terlalu parah. Akan tetapi jalan boleh dikata sangat sempit dan cukup mencekam, mendebarkan dada. Jika ada kendaraan yang berpapasan, mesti ada yang mengalah dan berhenti. Di sebelah kiri ada juga yang sangat terjal. Kondisi seperti itu terdapat dalam jalanan yang cukup panjang.
Sesekali saya harus berhenti, bukan hanya karena ada kendaraan di depan, juga yang dari belakang. Soalnya dia sering memepet saya. Daripada dipepet terus, lebih baik beri dia jalan duluan.
Setelah singgah shalat Jumat di Masjid Nurul Amin Dusun Kasuarang Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat, kondisi jalan sudah mulai lebih lebar. Bahkan sudah bisa dilalu truk besar untuk angkutan bahan bakar minyak.
Memasuki Kabupaten Gowa tepatnya di Kecamatan Tombolo Pao, jalanan sudah lebih lebar. Tatapi di beberapa titik terdapat kerusakan yang cukup.
Sepanjang perjalanan, selain menikmati pemandangan yang indah, kita juga dapat menikmati pemandangan lain. Yakni foto-foto calon anggota legislatif di semua tingkatan. Termasuk calon DPD dan pasangan calon presiden dan wakil presiden. Baik yang dipasang bentuk baliho dan spanduk, juga dalam bentuk poster yang dipakukan ke dalam pohon di pinggir jalan.
Ada satu hal yang membuat saya kaget dan terperanjat tadi pagi. Ketika kami sedang sarapan di rumah Kak Hj. Hasniar, datanglah seorang mahasiswi lengkap dengan jas almamaternya.
Saya kaget kenapa tiba-tiba dia datang tanpa pemberitahuan dan mengapa dia tahu saya nginap di sini. Diajak sarapan, dia bersedia dan tanpa sungkan.
Dia adalah seorang mahasiswa bimbinganku dalam KKN ini. Dia berasal dari Kecamatan Tellu Limpoe, bersebelahan dengan kecamatan tempat KKN dimana dia berada.
Sejak subuh dia sudah pulang ke rumahnya dengan jarak sekitar 20-30 Km. Lalu ke tempat saya menginap dengan jarak yang mungkin sama.
Rupanya dia datang membawa oleh-oleh untuk saya. Satu kardus durian dan satu kardus rambutan. Alhamdulillah. Tentu saya harus berbaik sangka atas pemberian tersebut. Saya memandangnya sebagai wujud silaturahmi dan bagian dari budaya kita. Tidak lebih dan tidak kurang. Namun demikian poin penting dalam tulisan ini bukanlah soal durian dan rambutan. Itu penting, walaupun masih dapat didiskusikan.
Justru saya menemukan satu mutiara yang indah di tanah Sinjai. Seorang mahasiswa atau katakanlah warga Sinjai yang masih menjaga dan memelihara kultur dan budaya lokal. Masih terus terpatri dalam jiwa dan teraktualisakan dalam sikap dan perilaku. Sesuatu yang sudah langka bagi generasi sekarang di tengah gempuran teknologi informasi dan komunikasi dalam masyarakat global.
Saya menyaksikan sendiri ketika beliau memberi salam kepada orang tua. Selain tutur katanya yang lembut, juga ketika mencium tangan sambil duduk melantai. Diulang : mencium tangan sambil duduk melantai. Saya barusan melihat peristiwa tersebut. Merinding bulu romaku melihatnya. Entahlah apakah itu bagian dari budaya setempat dalam konteks kearifan lokal, ataukah cerminan sikap dan kepribadian individu yang bersangkutan.
Mengapa hal ini menjadi penting bagi saya? Karena dari aspek etika, hal ini sudah agak langka terjadi. Termasuk dalam dunia kampus. Dulu kita sangat menghormati dosen dan orang tua. Ketika berpapasan, berusaha untuk menghindar atau memberi salam. Dewasa ini sulit ditemukan, kecuali jika dia perlu nilai dalam ujian.
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Desa atas jamuan makanan siang dengan ikan bakarnya, juga oleh-oleh lainnya. Demikian pula kepada kakak someone atas hospitalitinya, terutama roti berrenya lengkap dengan saos rasa dunia. Roti yang sangat kusuka.
Wallahu'alam.
Haidir Fitra Siagian
Bakung. 22.03.2019 jelang tengah malam
Keterangan foto: menikmati Pantai Hubat Desa Sanjai bersama mahasiswaku latar belakang Pulau Sembilan
Catatan : artikel ini ditulis setahun lalu, diingatkan oleh Facebook, sengaja disimpan kembali dalam blog ini sebagai arsip.
Oleh : Haidir Fitra Siagian
Selama dua hari kemarin, saya berada di Kabupaten Sinjai, tepatnya di Kecamatan Sinjai Timur. Tujuan utama saya ke sana adalah mewakili panitia KKN UIN Alauddin untuk membawakan biaya hidup mahasiswa KKN tahap kedua. Disamping itu adalah memantau keadaan mereka, baik dari aspek kesehatan, ketentraman juga pelaksanaan program kerja.
Satu hal lagi adalah membantu mencarikan solusi atas permasalahan yang dihadapi selama tiga minggu berada di kampung dan berinteraksi dengan masyarakat.
Dari tiga belas posko KKN, semua saya datangi satu per satu. Sebagian besar saya bertemu dengan kepala desa atau ibu desa selalu tuan rumah. Juga pak camat dan ibu camat. Sebagian lainnya tak sempat ketemu karena tidak berada di tempat.
Para mahasiswa bimbinganku yang kutemui tanpak sehat wal afiat. Ada yang sakit tapi sudah sembuh. Bahkan ada yang sempat dibawa berobat ke rumah sakit. Ya, waktu saya datang, sudah baik. Seorang yang sakit bisul selama beberapa hari, pas saya datang, sembuh. Buktinya dia tak mau ketinggalan ikut ke pantai sekadar foto-foto.
Umumnya program kerja mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar di Kecamatan Sinjai Timur sudah berjalan dengan baik. Utamanya adalah mengajar di sekolah, membina TK/TPA dan Majelis Taklim. Juga khutbah jumat di berbagai masjid. Di samping itu sering pula diajak pak desa menghadiri acara pengantin.
Jika tidak ada halangan pada 29 Maret 2019 nanti, akan diadakan festival anak saleh tingkat kecamatan. Menurut jadwal, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag akan menghadiri sekaligus membuka acara. Insya Allah.
Setelah semua tugas dilaksanakan, saya pun balik ke Makassar atau Bakung Samata Gowa. Alhamdulillah sudah tiba di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari Sinjai lewat Malino. Tadi berangkat dari Tellu Limpoe pukul 10 pagi tiba pukul 7 malam.
Saya sempat singgah shalat Jumat di Sinjai Barat dan menghadiri pernikahan teman di Tombolo Pao Kab. Gowa. Setelah itu istirahat sejenak di Kota Bunga, Malino.
Perjalanan lewat Sinjai Tengah dan Sinjai Barat sangat menyenangkan. Selain pemandangan yang sangat indah, juga suasananya yang tenang dan damai. Sepanjang jalan menikmati keindahan Indonesia.
Areal sawah yang baru menghijau dan pepohonan yang begitu rindangnya. Belum lagi pemukiman dan kebun penduduk di lembah sana. Gunung yang menjulang tinggi di sebelah kiri.
Oh ya, bagi yang baru melewati jalan tersebut, haruslah ekstra hati-hati. Jalanannya memang relatif sepi dan cukup bagus, aspal mulus walaupun di beberapa titik ada yang rusak. Itupun tidak terlalu parah. Akan tetapi jalan boleh dikata sangat sempit dan cukup mencekam, mendebarkan dada. Jika ada kendaraan yang berpapasan, mesti ada yang mengalah dan berhenti. Di sebelah kiri ada juga yang sangat terjal. Kondisi seperti itu terdapat dalam jalanan yang cukup panjang.
Sesekali saya harus berhenti, bukan hanya karena ada kendaraan di depan, juga yang dari belakang. Soalnya dia sering memepet saya. Daripada dipepet terus, lebih baik beri dia jalan duluan.
Setelah singgah shalat Jumat di Masjid Nurul Amin Dusun Kasuarang Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat, kondisi jalan sudah mulai lebih lebar. Bahkan sudah bisa dilalu truk besar untuk angkutan bahan bakar minyak.
Memasuki Kabupaten Gowa tepatnya di Kecamatan Tombolo Pao, jalanan sudah lebih lebar. Tatapi di beberapa titik terdapat kerusakan yang cukup.
Sepanjang perjalanan, selain menikmati pemandangan yang indah, kita juga dapat menikmati pemandangan lain. Yakni foto-foto calon anggota legislatif di semua tingkatan. Termasuk calon DPD dan pasangan calon presiden dan wakil presiden. Baik yang dipasang bentuk baliho dan spanduk, juga dalam bentuk poster yang dipakukan ke dalam pohon di pinggir jalan.
Ada satu hal yang membuat saya kaget dan terperanjat tadi pagi. Ketika kami sedang sarapan di rumah Kak Hj. Hasniar, datanglah seorang mahasiswi lengkap dengan jas almamaternya.
Saya kaget kenapa tiba-tiba dia datang tanpa pemberitahuan dan mengapa dia tahu saya nginap di sini. Diajak sarapan, dia bersedia dan tanpa sungkan.
Dia adalah seorang mahasiswa bimbinganku dalam KKN ini. Dia berasal dari Kecamatan Tellu Limpoe, bersebelahan dengan kecamatan tempat KKN dimana dia berada.
Sejak subuh dia sudah pulang ke rumahnya dengan jarak sekitar 20-30 Km. Lalu ke tempat saya menginap dengan jarak yang mungkin sama.
Rupanya dia datang membawa oleh-oleh untuk saya. Satu kardus durian dan satu kardus rambutan. Alhamdulillah. Tentu saya harus berbaik sangka atas pemberian tersebut. Saya memandangnya sebagai wujud silaturahmi dan bagian dari budaya kita. Tidak lebih dan tidak kurang. Namun demikian poin penting dalam tulisan ini bukanlah soal durian dan rambutan. Itu penting, walaupun masih dapat didiskusikan.
Justru saya menemukan satu mutiara yang indah di tanah Sinjai. Seorang mahasiswa atau katakanlah warga Sinjai yang masih menjaga dan memelihara kultur dan budaya lokal. Masih terus terpatri dalam jiwa dan teraktualisakan dalam sikap dan perilaku. Sesuatu yang sudah langka bagi generasi sekarang di tengah gempuran teknologi informasi dan komunikasi dalam masyarakat global.
Saya menyaksikan sendiri ketika beliau memberi salam kepada orang tua. Selain tutur katanya yang lembut, juga ketika mencium tangan sambil duduk melantai. Diulang : mencium tangan sambil duduk melantai. Saya barusan melihat peristiwa tersebut. Merinding bulu romaku melihatnya. Entahlah apakah itu bagian dari budaya setempat dalam konteks kearifan lokal, ataukah cerminan sikap dan kepribadian individu yang bersangkutan.
Mengapa hal ini menjadi penting bagi saya? Karena dari aspek etika, hal ini sudah agak langka terjadi. Termasuk dalam dunia kampus. Dulu kita sangat menghormati dosen dan orang tua. Ketika berpapasan, berusaha untuk menghindar atau memberi salam. Dewasa ini sulit ditemukan, kecuali jika dia perlu nilai dalam ujian.
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Desa atas jamuan makanan siang dengan ikan bakarnya, juga oleh-oleh lainnya. Demikian pula kepada kakak someone atas hospitalitinya, terutama roti berrenya lengkap dengan saos rasa dunia. Roti yang sangat kusuka.
Wallahu'alam.
Haidir Fitra Siagian
Bakung. 22.03.2019 jelang tengah malam
Keterangan foto: menikmati Pantai Hubat Desa Sanjai bersama mahasiswaku latar belakang Pulau Sembilan
Catatan : artikel ini ditulis setahun lalu, diingatkan oleh Facebook, sengaja disimpan kembali dalam blog ini sebagai arsip.
0 Comments