Lelaki dari Bone di Yogyakarta Sudah Sehat
Oleh
: Haidir Fitra Siagian
Sebagai
seorang ayah, saya dapat membayangkan bagaimana perasaannya ketika mengetahui
anaknya di perantauan dalam keadaan sakit atau kurang sehat. Ketika anak saya yang
tinggal di Puskesmas Pelitakan Polewali Mandar bersama ibunya sekitar tiga
belas tahun lalu, pernah minum minyak tanah. Ibunya resah dan gelisah. Meskipun
dia seorang dokter, tak bisa banya berbuat apa. Bingung dan tak percaya diri.
Akhirnya dibawa ke rumah sakit. Begitu pun saya. Sesaat setelah dikabari,
dengan perasaan gundah-gulana, saya langsung "terbang" ke sana sejauh
dua ratus lima puluh kilometer. Berangkat setelah magrib tiba tengah malam dini
hari.
Demikianlah
kira-kira yang dialami oleh seorang teman atau kakanda saya di Bone, yang sering
saya panggil sebagai Bang AR. Beliau mengabarkan bahwa anaknya sedang sakit dan
dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dia ingin sekali berangkat
ke Yogya untuk menemani pujaan hatinya. Karena keadaan sekarang ini lagi wabah
covid-19 dan satu lain hal, dia tak bisa berangkat menjenguk anaknya. Tentu
perasaannya sangat sedih dan tak tenang. Saya dapat merasakan hal itu. Melalui
media sosial, beliau meminta pandangan dan pendapat kepada kami sebagai teman
atau adik-adiknya.
Saya
sendiri telah berusaha untuk membantu sesuai dengan kapasitas yang tentu sangat
terbatas. Mengubungi teman-teman di Yogyakarta yang memungkinkan untuk memberi
informasi dan bantuan tentang keadaan anak muda yang sakit tersebut.
Alhamdulillah, beberapa saat kemudian, Bang AR, melaporkan bahwa anaknya sudah
bisa keluar dari rumah sakit dan kembali beraktivitas sebagaimana biasanya.
Pada
hari ini, saya baru saja menerima kiriman foto dari seorang sahabat saya di
Yogyakarta. Sebenarnya foto itu dikirim tadi malam, hanya saja baru saya buka
pagi ini. Teman yang mengirim ini adalah teman yang sangat istimewa. Biasanya saya
memanggilnya Bang Sayuti. Selain sebagai salah seorang anggota badan akreditasi
nasional pada salah satu kementerian, beliau pun adalah seorang dosen pada
salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah di kota pelajar ini.
Meski tidak sangat akrab sekali, tapi saya sudah berteman
dengan beliau sejak awal tahun 2000-an. Beberapa kali bertemu di Makassar atau
Yogyakarta dalam acara yang diselenggarakan oleh Persyarikatan Muhammadiyah. Dulu
kalau ke Makassar, beliau selalu bersama dengan teman H.M. Husni Yunus dan Pak
H. Said Tuhuleley. Kedua nama yang saya sebutkan ini telah mendahului kita
menghadap Sang Khalik beberapa tahun lalu. Insya Allah, husnul khatimah.
Foto
yang beliau kirim ini adalah foto yang sangat penting. Beliau sedang bersama
dengan seorang anak muda asal Bone Sulawesi Selatan. Si anak muda itu adalah
mahasiwa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang sedang menempuh studi dalam
bidang teknik atas beasiswa Kader Persyarikatan Muhammadiyah. Beliau adalah
Mufaddal, anak dari Bang AR yang saya sebutkan pada awal artikel ini.
Rupanya
ananda Mufaddal adalah anak yang pintar dan banyak hafalan Qur'an. Fasih dan
merdu. Itulah sebabnya anak muda yang asli Bone Sulawesi Selatan ini diterima
menjadi imam tetap dan tinggal di Masjid Khoirul Ummi yang beralamat di Jl.
Bibis Raya No.57, Kasih, Tamantirto, Kec. Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta, tak jauh dari rumah Bang Sayuti.
Kemarin mereka sempat melaksanakan salat ashar berjamaah
di masjid dan mengambil gambar bersama. Alhamdulillah, ananda sudah sehat dan
kembali mengabdi untuk kepentingan umat, bangsa dan negara. Anak muda yang tanggah
dan memiliki kepribadian, juga loyal-penuh dedikasi untuk agama. Insya Allah. Semoga
catatan dan foto ini dapat sedikit menambah informasi gembira buat abang AR di
Bone bersama keluarga tercinta. Buat Bang Sayuti, terima kasih atas kiriman
fotonya.
Wassalam,
Wollongong, 10.04.20 ba'da Duhur hari Jumat di
rumah pengganti salat Jumat
0 Comments