Awal Ramadhan yang Sempat Membimbangkan
Oleh : Haidir Fitra Siagian
Untuk pertama kalinya, saya berada di luar negeri pada awal melaksanakan ibadah puasa. Sedangkan anak-anak saya, ini yang kedua kalinya, sementara ibunya anak-anak adalah yang ketiga kalinya. Tahun lalu, saya masih di Indonesia saat awal bulan Ramadhan, kemudian datang ke sini beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri.
Ketika saya masih sekolah di Malaysia dari tahun 2011 hingga tahun 2015, saya tak pernah awal Ramadhan di sana. Selalu pulang dulu ke Makassar, melalui puasa pertama bersama keluarga. Biasanya juga berangkat ke Somba Majene Sulawesi Barat, bersama keluarga ibu mertua tercinta dan keluarga besarnya.
Untuk menentukan awal pelaksanaan ibadah Ramadhan, pada tahun-tahun lalu, bagi kami tak ada masalah. Karena kami senantiasa mengikuti hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Bahkan jauh hari sebelum sudah diumumkan. Sehingga kita tanpa keraguan dan siap melaksanakan rukun Islam yang keempat ini.
Untuk tahun ini, Ramadhan 1441 H, awalnya kami sudah mantap akan mulai puasa pada hari Jumat tanggal 24 April 2020. Ini sesuai dengan perhitungan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Indonesia. Kemudian saya juga mendapatkan fatwa dari Majlis Ulama-Ulama di Australia beberapa hari lalu. Pengurus Masjid Al Hijrah di Sydney pun mengeluarkan pengumuman bahwa puasa dimulai tanggal tersebut. Jadi memang saya kira, semua akan kompak melaksanakan puasa secara bersamaan pada hari ini.
Keadaan sekarang yang mana sedang terjadi wabah Covid-19, membuat kami tak bisa pergi ke masjid Omar Wollongong. Bahkan dengan tetangga sesama Muslim dari berbagai negara, pun kami jarang bertemu. Kecuali berpapasan saja dengan tak banyak bicara. Hanya senyum dan salam saja. Semua saling menjaga diri, menjaga jarak, hampir saja malah dapat saling "mencurigai" antar tetangga.
Akibatnya kami tak banyak bergaul lagi, terutama menjelang puasa ini. Suasana menjelang puasa pun tak banyak berbeda, sepi dan biasa-biasa saja. Ini memang seiring dengan pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah, terutama himbauan agar tidak keluar rumah jika tidak terlalu penting.
Tadi malam, sebenarnya saya bersama keluarga sudah bersiap melaksanakan salat tarwih bersama di rumah. Sesaat sebelum berwudhu, saya mendapat informasi melalui akun Facebook Omar Mosque. Akun ini memosting bahwa berdasarkan keputusan imam masjid, bahwa puasa dimulai pada hari Sabtu, 25 April 2020. Pengumuman itu diposting satu menit sebelum saya baca. Jadi masih baru, belum ada yang like, belum ada yang memberi komentar.
Saya sempat bimbang atas pengumuman ini. Saya tentu tak boleh mengikuti Muhammadiyah atau Indonesia, karena memang berbeda negara dan tak satu wilayah hukum. Apalagi jarak Australia dengan Indonesia memang cukup jauh. Jika kita berada di negeri orang, maka yang harus diikuti adalah keputusan yang diumumkan pemerintah setempat. Itu yang selama ini saya fahami.
Hanya saja, saat ini saya berada di Australia, negara sekuler yang tidak mengurusi masalah agama. Termasuk tidak ada sidang isbat di sini. Jadi siapa yang harus kami ikuti? Tentunya adalah ulama-ulama Australia yang tergabung dengan ANIC (Australian National Imams Council) ataukah imam Masjid Omar Wollongong, karena kami berada di daerah yang cukup jauh dari pusat Kota Sydney. Dimana ulama Australia telah mengumumkan puasa mulai hari ini. Tadi malam kami sudah mau salat tarwih, saya minta sama anak-anak sabar dulu. Kita harus pastikan dulu, yang mana mau diikuti. Jangan sampai salah langkah.
Saya pun bertanya ke beberapa ulama tentang hal ini. Mana yang kami ikuti : ulama-ulama Australia atau Imam Masjid Omar Wollongong, tempat kami selama ini berjamaah dan menjadi ulama di kota ini. Saya mengenal baik Imam Masjid Omar, Syekh Abdur Rahman, yang memiliki kualifikasi keagamaan Islam yang tinggi. Beliau berasal dari Mesir dan pernah pula sekolah di Madinah. Jadi, dari otoritas keagamaan, tentu beliau tak bisa diragukan lagi. Namun dalam hal, ini sempat bimbang. Apakah mengikuti beliau atau ulama-ulama yang tergabung dalam ANIC.
Saya pun bergerak cepat, menghubungi beberapa ulama di Indonesia dan Australia yang saya kenal. Bertanya melalui pesan cepat jaringan online. Kepada beberapa ulama tersebut, dan teman yang saya tanyakan, akhirnya dapat satu kesimpulan. Ustadz Hady Amin, menyarankan ikut ulama-ulama Australia. Ustadz Abbas Baco Miro menyarankan ikut pendapat kebanyakan ulama, dan ustadz Abdul Mu'ti, sarankan ikut kesepakatan di negara tersebut.
Alhamdulillah, kami putuskan semalam untuk salat tarwih bersama dengan anak-anak, makan sahur dini hari tadi, lalu melaksanakan ibadah sepanjang hari ini. Kami pun sudah berbuka puasa dan baru saja selesai melaksanakan ibadah tarwih di rumah. Waktu di sini duluan dari Indonesia. Berbeda dua dari waktu di Makassar, dan berbeda tiga jam dari waktu di Sipirok ataupun Jakarta.
Beberapa tetangga kami yang sebagian besar adalah asal Timur Tengah dan merupakan jamaah tetap Masjid Omar Wollongong, hari ini belum berpuasa. Mereka ikut dengan pendapat imam masjid Omar, berpuasa mulai esok, Sabtu, 25 April 2020. Dengan demikian, ternyata bukan hanya di Indonesia ada dua hari penetapan awal Ramadan, bahkan bisa beberapa hari. Di sini pun terjadi perbedaan penetapan awal Ramadhan.
Kami sekeluarga tetap berpuasa dengan susana gembira dan penuh keyakinan. Kesenangan kami pun bertambah karena bisa berkumpul bersama. Betul kata beberapa ulama, bahwa meskipun kita tak sempat ke masjid dalam Ramadhan ini, tetapi tetap melakukan amaliyah Ramadhan bersama keluarga di rumah. Secara bersama, berjamaah. Ini mungkin ada hikmahnya bagi kami. Untuk pertama kali sepanjang keluarga kami, Ramadhan bersama, sesama keluarga inti.
Wassalam
Gwynneville, 24.04.20 hampir tengah malam.
Foto : depan rumah, depan kampus UoW yang sepi malam kedua Ramadhan
1 Comments
Masya Allah pak Haidir. Mohon bimbingannya agar saya juga bisa menulis ringan seperti ini
ReplyDelete