Kenalilah
Tetanggamu
Oleh
: Haidir Fitra Siagian
Sepanjang
hari ini, saya sedang membaca buku tentang sejarah keberadaan umat Islam di
Australia. Termasuk di antaranya adalah hubungan antara warga lokal dengan umat
Islam. Memang terjadi pasang surut. Ada saatnya terjadi penolakan terhadap
kedatangan imigran yang beragama Islam. Dan ada masanya ketika sikap warga
Australia yang menganut agama Nasrasi menerima keadatangan kaum Muslim untuk
hidup bersama di benua Kanguru ini.
Pada
paruh pertama abad ke-20, sikap gereja-gereja di Australia terhadap umat Islam
sudah mulai melunak. Jika pada awalnya yang sering terjadi adalah sikap
kebencian dan permusuhan, tergantikan dengan sikap kehangatan dan persahabatan
(Nurdin, 2009). Bahkan di antara mereka ada yang berusaha untuk mempelajari
nilai-nilai ajaran Islam, akhlak, disiplin dan hubungan sosial.
Pada
masa itu, disebutkan bahwa salah satu tema yang sering dipelajari tentang Islam
adalah terkait dengan tetangga. Maka di beberapa gereja tertempel pengumuman
bahwa akan ada ceramah dengan tema “get
to know your neighbours”. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah mengenal
umat Islam di sekitarnya, baik sebagai tetangga agama baru, maupun sebagai
sesama umat beragama. Dalam pengertian lain juga merujuk untuk mengenal tetangga
dalam arti yang sesungguhnya, hidup damai, toleran, dan tinggal bersama dalam
satu kawasan.
Mengenal
tetangga adalah konsep yang telah diajarkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi
Wasallam empat belas abad yang lalu. Tetangga adalah orang yang dekat dengan
kita. Ada juga pandangan yang mengatakan bahwa tetangga adalah ‘orang-orang
yang salat subuh bersamamu’. Sebagian pendapat lainnya mengatakan bahwa tetangga adalah orang yang
berada empat puluh meter dari setiap
sisi rumahmu, kiri-kanan, muka-belakang.
Namun dalam konteks yang lebih luas, tetangga adalah mereka yang menurut
kebiasaan setempat dapat dianggap sebagai tetangga. Misalnya ketika dulu kami
di Sipirok, Tapanuli Selatan Sumatra Utara, kerabat yang berada di desa yang
berbeda, masih dapat dianggap sebagai tetangga, walaupun berada pada jarak yang
tidak dekat.
Beberapa
sikap yang telah Beliau ajarkan kepada umatnya tentang tetangga adalah agar
kita selalu menjaga perasaannya, tidak membuat tindakan yang menyakiti hatinya,
juga memberikan berita gembira kepada mereka. Firman Allah Swt. dalam surah An
Nisa ayat 36 yang artinya: “Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang bukan
kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”
(QS. An Nisa: 36). Ayat ini turut menunjukkan perintah agar kita senantiasa
berbuat baik kepada tetangga.
Contoh perbuatan baik kepada tetangga yang kerap kita lakukan
di Indonesia adalah saling memberi makanan atau hadiah, oleh-oleh ketika datang
dari perjalanan, mengirim sesuatu kepadanya ketika kita berada di tempat lain, atau
mengajak makan bersama. Ini adalah ajaran yang telah ditanamkan oleh orang tua
kita dahulu. Ternyata hal ini juga sejalan dengan konsep yang diajarkan
Rasulullah Saw. : “Jika engkau memasak gulai/sayur, perbanyaklah
air/kuahnya. Lalu lihatlah tetanggamu,
berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik”. (HR. Muslim 4766).
Sikap
berbuat baik kepada tetangga tidak hanya terbatas kepada yang sekeyakinan
dengan kita. Meskipun berbeda agama, tidak menghalangi seorang Muslim untuk
berinteraksi dengan mereka. Rasulullah Saw. pun pernah mengajarkan yang
demikian, ketika memberikan hadiah kepada seorang Yahudi. Sebab berbuat baik
kepada tetangga yang demikian adalah dalam konteks kemanusiaan, sebagai sesama
makhluk sosial, ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang hidup bersama di permukaan
bumi ini.
Kurang
setengah jam tadi sebelum buka puasa, saya sedang bersama dengan nyonya sedang
berada di dapur. Tentu mempersiapkan hidangan buka puasa. Saya menoleh dari jendela
ke bawah. Tampak ada dua orang polisi Australia dengan seragamnya turun dari
mobil dinasnya. Mereka mendatangi rumah tetangga kami di sudut jalan. Tak lama
setelah itu, kedua polisi ini naik ke mobilnya dan kembali menyurusuri jalan
raya.
Tiba-tiba
pintu rumah kami digedor-gedor seseorang. Saya sebut “digedor-gedor” karena
suara pintu seolah-olah diketuk dengan sangat keras. Apakah sempat ditendang
atau tidak. Saya sempat kaget. Tidak biasanya ada orang menggedor atau mengetuk
dengan suara demikian keras. Saya katakana kepada istri agar tenang dan segera
memakai jilbab. Saya mendekat ke pintu. Tampak gedoran lagi. Saya intip dari
lobang kecil. Tampak ada seseorang dengan wajah yang tak jelas karena gelap.
Saya
buka dan mendapati seorang tetangga kami. Hati ini yang tadinya agak cemas,
langsung menjadi riang gembira dan senang. “Ini untuk kalian, berbuka puasa”,
katanya dalam bahasa Inggris. Saya ucapkan terimakasih dan jazaakumullahu
khaeran katsiran. Saya beritahu istri, ini ada makanan berbuka puasa dari
tetangga kita, persis di depan rumah. Seorang pelajar internasional yang sedang
mengambil program doktor Universitiy of Wollongong, berkebangsaan Pakistan.
Kami memang berpapasan di lorong dan tangga, dan saling memberi salam.
Saya
harus memahami caranya dalam menggedor pintu. Entah mengapa caranya demikian.
Memang yang jelas, pintu rumah kami agak tebal. Jika diketuk kecil, tak akan
terdengar. Sedangkan bell pintu masuk sudah beberapa waktu tidak berfungsi.
Alhamdulillah, inilah nikmat bertetangga. Mendapat reski yang tidak
disangka-sangka. Dapat hidangan berbuka puasa berupa makanan khas Pakistan,
cukup untuk kami sekeluarga.
Wassalam
Wollongong,
30 April 2020
0 Comments